Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh, Ahlan wa sahlan di dunia 'Baru Belajar'
love

Saturday, July 31, 2010

Maksud Hadist "Wanita Kurang Akal dan Agamanya"


"Wanita itu kurang akal dan agamanya."
Sehingga dengan itu ada sebagian lelaki menjadikannya sebagai cercaan terhadap wanita. Sebenarnya ada makna hadits tersebut?

Jawab:
Samahatusy Syaikh Abdul Aziz bin Abdillah ibnu Baz rahimahullah menjawab, “Makna hadits Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam:

“Aku tidak pernah melihat orang yang kurang akal dan agamanya paling bisa mengalahkan akal lelaki yang kokoh daripada salah seorang kalian (kaum wanita).” Maka ada yang bertanya, “Wahai Rasulullah, apa maksudnya kurang akalnya wanita?” Beliau menjawab, “Bukankah persaksian dua orang wanita sama dengan persaksian seorang lelaki?” Ditanyakan lagi, “Ya Rasulullah, apa maksudnya wanita kurang agamanya?” "Bukankah bila si wanita haid ia tidak shalat dan tidak pula puasa?” jawab beliau.

Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam menerangkan kurangnya akal wanita dari sisi lemahnya ingatan/hapalannya. Persaksiannya baru diterima bila disertai persaksian wanita yang lainnya, guna memperkuat/mengokohkan persaksian yang ada. Karena bila si wanita bersendirian dalam memberikan persaksian terkadang ia lupa sehingga ia menambah ataupun mengurangi dalam persaksian tersebut. Sebagaimana Allah berfirman:

"Dan persaksikanlah dengan dua orang saksi dari kaum lelaki di antara kalian. Jika tidak ada dua orang lelaki, maka boleh seorang lelaki dan dua orang perempuan dari saksi-saksi yang kalian ridhai, supaya jika salah seorang dari wanita itu lupa maka yang seorang lagi mengingatkannya." (Al-Baqarah: 282)

Adapun kurangnya agama si wanita karena saat ia haid dan nifas, ia harus meninggalkan shalat dan puasa, tanpa tuntutan mengqadha shalat yang ditinggalkan. Ini sisi kurangnya agamanya. Akan tetapi kekurangan ini bukan celaan baginya dan ia tidak berdosa karenanya. Karena kekurangan tersebut didapatkannya dengan ketentuan syariat Allah k. Allah k lah yang mensyariatkan hal tersebut kepada kaum wanita sebagai kasih sayang/kelembutan terhadapnya dan kemudahan baginya. Karena bila si wanita puasa dalam keadaan ia haid atau nifas, niscaya akan memadaratkannya. Maka termasuk rahmat Allah, Dia mensyariatkan kepada wanita untuk tidak berpuasa saat haid dan nifas. Sebagai gantinya, ia mengqadha di waktu yang lain setelah suci.

Untuk shalat yang harus ditinggalkannya saat haid dan nifas, karena ketika dalam keadaan haid si wanita mendapati pada dirinya sesuatu yang mencegahnya dari thaharah/bersuci. Maka termasuk rahmat Allah k, Dia mensyariatkan si wanita untuk meninggalkan shalat. Demikian pula saat nifas. Kemudian Allah mensyariatkan shalat yang ditinggalkan tersebut tidak diqadha, karena kalau ada qadha niscaya akan memberikan keberatan yang besar. Di mana pengerjaan shalat fardhu akan berulang dalam sehari semalam sebanyak lima kali. Sedangkan haid terkadang waktunya lama/beberapa hari, bisa 7 hari atau 8 hari atau bahkan lebih. Nifas lebih lama lagi, kadang sampai 40 hari. Maka termasuk rahmat Allah kepada si wanita dan kebaikan Allah kepadanya, Dia gugurkan penunaian shalat baginya dan gugur pula qadha shalat tersebut.

Yang perlu diingat, tidak mesti wanita itu kurang akalnya dalam segala hal. Demikian pula tidak mesti agamanya kurang dalam segala hal. Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam hanya menerangkan kurangnya akal wanita dari sisi kurangnya ingatannya dalam memberikan persaksian. Dalam hal kurangnya agama, Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam hanya menyebutkan dari sisi ia meninggalkan shalat dan puasa di saat haid dan nifas. Sehingga kekurangan tersebut tidak mesti menjadikan si wanita berada di bawah lelaki (kurang dari lelaki) dalam segala hal dan tidak mesti lelaki lebih utama dari si wanita dalam segala hal. Memang dari sisi jenis, secara umum kaum lelaki lebih utama dari kaum wanita karena sebab yang banyak. Sebagaimana Allah berfirman:

"Kaum lelaki adalah pemimpin atas kaum wanita, karena Allah telah melebihkan sebagian mereka (laki-laki) atas sebagian yang lain (wanita) dan karena mereka (laki-laki) telah menafkahkan sebagian dari harta mereka." (An-Nisa': 34)

Akan tetapi terkadang wanita melampaui lelaki pada beberapa keadaan, dalam banyak perkara. Ada wanita yang akal, agama dan kekokohan hapalannya melebihi banyak lelaki. Yang datang beritanya dari Nabi n hanyalah penyataan bahwa jenis wanita berada di bawah jenis lelaki dalam hal akal dan agama dari dua sisi yang telah diterangkan oleh Nabi shallallahu 'alaihi wasallam.

Terkadang ada wanita yang memiliki banyak amal shalih sehingga ia melampui banyak lelaki dalam amal shalihnya tersebut dan dalam ketakwaannya kepada Allah k. Demikian pula dalam hal kedudukannya di akhirat kelak. Terkadang ada wanita yang memiliki perhatian terhadap sebagian perkara lalu ia menghapal/mengingatnya dengan kuat, lebih kuat dari ingatan/hapalan sebagian lelaki dalam banyak permasalahan yang diperhatikan si wanita dan ia bersungguh-sungguh dalam menghapal dan mengingatnya. Jadilah si wanita sebagai rujukan dalam sejarah Islam dan dalam banyak hal. Hal ini tampak jelas bagi orang yang memperhatikan keadaan para wanita di masa Nabi n dan setelahnya. Dengan demikian, diketahuilah bahwa kekurangan yang ada tidaklah menjadi penghalang untuk menjadikan wanita sebagai sandaran dalam periwayatan. Demikian pula dalam persaksian bila ia disertai dengan wanita lainnya. Kekurangan tersebut tidak pula menghalangi si wanita untuk bertakwa kepada Allah dan menjadi sebaik-baik hamba Allah, bila ia tetap istiqamah dalam aagamanya. Walaupun gugur darinya kewajiban puasa saat haid dan nifas, namun tidak gugur kewajiban mengqadha. Sekalipun gugur darinya kewajiban penunaian shalat saat haid dan nifas berikut qadhanya. Semua ini tidaklah mengharuskan si wanita dianggap kurang dalam segala hal, dari sisi ketakwaannya kepada Allah, dari sisi penunaiannya terhadap perintah Allah dan dari sisi ingatannya terhadap perkara yang mendapatkan perhatiannya. Ia kurang, khusus dalam akal dan agama sebagaimana yang diterangkan Nabi shallallahu 'alaihi wasallam.

Oleh karena itu, tidak sepantasnya seorang mukmin melemparkan tuduhan bahwa si wanita punya kekurangan dalam segala hal dan lemah agamanya dalam segala perkara. Lemahnya dia dalam agama hanya dalam perkara khusus. Lemahnya dia dalam hal akal juga hanya sebatas perkara yang berkaitan dengan ingatan saat memberi persaksian dan semisalnya. Maka permasalahan ini harus dijelaskan dan ucapan Nabi n harus dibawa kepada maknanya yang paling baik dan paling bagus. Wallahu ta'ala a'lam. (Majmu' Fatawa wa Maqalat Mutanawwi'ah, 4/292-294)

Sumber:http://www.asysyariah.com/index.php?option=com_content&view=article&id=21%3Amaksud-kurang-akal-dan-agama&catid=13%3Afatawa
read more - Maksud Hadist "Wanita Kurang Akal dan Agamanya"

Wednesday, July 28, 2010

Belajar Mudah Aqidah dan Fiqh Islam (2)



Inilah cara mudah mempelajari Aqidah dan Fiqh Islam (bagian kedua) melalui RINGKASAN TANYA JAWAB bersama para ulama besar yang tergabung dalam Al-Lajnah Ad-Daimah yang diketuai oleh Syaikh Bin Baz rahimahullah.

RINGKASAN TANYA JAWAB AQIDAH (Bagian 2)

11. Berdoa kepada para Nabi dan wali yang sudah mati

Jawab: Jawa Syirik besar

12. Seorang yang ber-istigotsah dengan para wali ketika musibah

Jawab: Syirik besar

13. Bertawasul dalam doa dengan kehormatan Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam, atau kehormatan sahabat dan selainnya

Jawab: Tidak boleh (karena tidak berdasarkan dalil yang shahih, penj.)

14. Istighotsah dengan orang mati atau orang hidup yang tidak hadir, baik jin, malaikat maupun manusia

Jawab: Syirik besar

15. Menjampi orang yang sakit dengan bacaan Al-Qur’anul Karim dan dzikir-dzikir (yang ada dalilnya)

Jawab: Hal itu disyariatkan

16. Bertawasul dalam doa dengan nama-nama Allah Ta’ala yang maha baik

Jawab: Hal itu disyariatkan

17. Apakah boleh seorang berkata: Ya Mu’in (Wahai Yang Maha Penolong) Ya Robb (Wahai Robb)?

Jawab: Boleh

18. Istighotsah dan bergantung kepada jin demi terkabulnya hajat

Jawab: Syirik dalam ibadah

19. Seorang muslim ketika hendak berdiri maupun duduk selalu mengucapkan: Ya Aba Qosim, Ya Syaikh Abdul Qodir Jailani

Jawab: Termasuk syirik besar

20. Istighotsah kepada selain Allah untuk kesembuhan orang sakit, menurunkan hujan, atau memanjangkan umur

Jawab: Termasuk syirik besar
Sumber: http://nasihatonline.wordpress.com/2010/07/26/cara-mudah-mempelajari-aqidah-islam-2/


RINGKASAN TANYA JAWAB FIQH (Bagian 2)

11. Apa hukum menyebut nama Allah di kamar mandi?

Jawab: Makruh
12. Apa hukunya masuk kamar mandi dengan membawa kaset-kaset (termasuk HP, penj.) yang terekam ayat-ayat Al-Qur’an?

Jawab: Makruh jika tidak diperlukan (seperti jika khawatir hilang, penj.)

13. Menghadap kiblat maupun membelakanginya ketika buang hajat

Jawab: Haram jika tanpa penghalang

14. Mendahulukan wudhu sebelum istinja’ dan istijmar

Jawab: Tidak sah wadhunya

15. Ber-istinja’ karena buang angin

Jawab: Makruh

16. Apakah wajib bagi orang yang baru bangun tidur untuk ber-istinja’ atau berwudhu tanpa harus istinja’?

Jawab: Tidak harus ber-istinja’

17. Keluar tetesan-tetesan kencing setelah istinja’

Jawab: Jika seorang yakin telah keluar tetesan kencing maka wajib baginya untuk (istinja’ dan) berwudhu kembali dan mencuci bagian pakaian yang terkena. Adapun jika dia masih ragu, maka tidak batal waudhunya
18. Menggunakan sapu tangan dan kertas dalam istinja’

Jawab: Boleh

19. Menggunakan siwak di dalam masjid

Jawab: Boleh bersiwak di dalam maupun luar masjid

20. Bersiwak saat sedang sholat

Jawab: Tidak disyariatkan

Sumber: http://nasihatonline.wordpress.com/2010/07/26/cara-mudah-mengetahui-hukum-fiqh-bersuci-bag-2/

Bagi pembaca yang ingin mempelajari lebih jauh disertai dalil dan penjelasannya silakan klik link-link sumber yang ada di: http://nasihatonline.wordpress.com/

Semoga bermanfaat di dunia dan akhirat, baarokalahu fiykum.
read more - Belajar Mudah Aqidah dan Fiqh Islam (2)

Apabila dibacakan Al Qur'an, apakah pahalanya sampai kepada si mayyit?



Oleh Asy-Syaikh Muqbil Al Wadi'i -Rahimahullah-

Pertanyaan:

Apabila dibacakan Al Qur'an, apakah pahalanya sampai kepada si mayyit?

Jawab; Tidak sampai, dan ini adalah pendapat Al Imam Asy-Syafi'i rahimahullah dan beliau berdalil dengan firman Allah Ta'ala, "Dan bahwasanya seorang manusia tiada memperoleh selain apa yang telah diusahakannya" (Qs. An-Najm (39);53). Dan juga hadist yang diriwayatkan oleh Muslim dalam Shahihnya dari hadist Abu Hurairah Radhiyallahu ‘Anhu dari Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bahwa beliau bersabda, “Apabila anak adam meninggal dunia terputuslah amalannya kecuali dari tiga perkara; sedekah jariyah, atau anak yang shalih yang mendoakannya, atau ilmu yang bermanfaat”.

Apabila anak adam meninggal dunia terputuslah amalannya, beliau tidak katakan amalan orang lain (melainkan amalannya –pentj), orang yang membolehkannya bersandar kepada alasan ini, dan sebenarnya tidak ada dalil yang tegas untuknya, bahkan dalil yang tegas adalah bahwa ketika dua anak perempuan Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam meninggal dunia, dan Utsman bin Madz'un, Hamzah, serta beberapa orang shahabat Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam, apakah Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam pernah memerintahkan untuk mengirim bacaan untuk mereka? Atau beliau tidak memerintahkannya? Beliau tidak memerintahkan untuk membacakan Al Qur'an untuk mereka.
Manusia (sekarang) lebih memperhatikan bid'ah dan meninggalkan yang wajib, saya tidak katakan mereka meninggalkan sunnah, bahkan mereka meninggalkan yang wajib.
Katakan kepada mereka, orang-orang yang lalai; mana yang harus didahulukan membayarkan hutang-hutang si mayyit atau membacakan untuknya Al Qur'an?! (Akan tetapi) yang mereka dahulukan adalah membaca Al Qur'an. Mana yang lebih utama juga membayarkan hutang-hutangnya atau membacakan untuknya Al Qur'an?! Mereka mengutamakan membacakan Al Qur'an. Kaum muslimin telah mengambil ajaran Islam melalui taklid, "Tunjukkanlah bukti kebenaranmu jika kamu adalah orang yang benar" (Qs. Al Baqarah; 111).

Mana (riwayat yang menerangkan kalau) Ali bin Abi Thalib Radhiyallahu ‘Anhu membacakan Al Qur'an untuk Fathimah Radhiyallahu ‘Anha disaat Fathimah Radhiyallahu ‘Anha wafat, mana (riwayat) tersebut dengan sanad yang shahih?! Mana (riwayat) anak-anaknya Abu Bakar (pernah) membacakan Al Qur'an kepada Abu Bakar As-Shiddiq?! Yang penting saudara-saudaraku fillah, sekalian kesengsaraan dan kerugian ada pada selain jalan Allah Ta'ala.

Apabila seseorang mewakafkan tanah demi bacaan Al Qur'an (agar dibacakan untuknya Al Qur'an -pentj) maka wakaf tersebut batil (tidak sah -pentj) dan dibagi-bagikan di antara ahli warisnya kecuali kalau para ahli waris ingin agar tanah tersebut tetap untuk kemaslahatan seperti untuk madrasah tahfidz Al Qur'an atau untuk sumur (umum) atau yang lainnya dari maslahat-maslahat yang bermanfaat, maka yang demikian itu tidak mengapa.
Wallahul musta'an.

Sumber :
Ijabatus Sa'il no: 35
http://www.ahlussunnah-jakarta.com/artikel_detil.php?id=35
read more - Apabila dibacakan Al Qur'an, apakah pahalanya sampai kepada si mayyit?

Belajar Mudah Aqidah dan Fiqh Islam (1)

Inilah cara mudah mempelajari Aqidah dan Fiqh Islam (bagian pertama) melalui RINGKASAN TANYA JAWAB bersama para ulama besar yang tergabung dalam Al-Lajnah Ad-Daimah lil Buhutsil 'ilmiyah wal Ifta' yang diketuai oleh Syaikh Bin Baz rahimahullah.

RINGKASAN TANYA JAWAB AQIDAH



1. Seorang yang meyakini ada selain Allah yang mengatur alam ini

Jawab: Barangsiapa meyakini seperti itu kafir

2. Sekelompok orang ber-istighotsah (meminta pertolongan ketika musibah) kepada selain Allah

Jawab: Mereka telah berbuat syirik besar

3. Istighotsah kepada orang yang tidak hadir, serta orang mati

Jawab: Syirik besar

4. Bolehkah sholat menjadi makmum kepada orang yang ber-istighotsah kepada penghuni kubur?

Jawab: Tidak sah sholat dengan bermakmum kepadanya, karena dia seorang yang menyekutukan Allah

5. Bolehkah seorang berdoa: “Jawablah wahai para pengawal asmaul husna untuk mengabulkan hajatku?”

Jawab: Syirik besar, karena itu adalah doa kepada selain Allah

6. Minta tolong kepada orang mati

Jawab: Syirik besar, karena itu adalah doa (permohonan) kepada selain Allah

7. Minta tolong dari seorang yang tidak hadir

Jawab: Hendaklah dinasihatkan, jika pelaku tidak meninggalkan kesyirikan itu maka dia musyrik

8. Dzikir berjama’ah dengan satu suara (koor) seperti cara kaum Sufi

Jawab: Bid’ah

9. Berdoa kepada selain Alah seperti kepada para wali dan orang-orang shaih

Jawab: Syirik besar yang mengeluarkan pelakunya dari Islam

10. Mengaku tahu ilmu ghaib

Jawab: Kufur

Sumber: Cara Mudah Mempelajari Aqidah Islam (1)

RINGKASAN TANYA JAWAB FIQH



1. Apakah pendapat yang kuat tentang hukum asal air?

Jawab: Hukum asal air itu suci

2. Bolehkah orang junub mandi pada air yang tidak mengalir?

Jawab: Tidak boleh

3. Bagaimana hukum mandi di air tidak mengalir yang mencapai dua qullah atau lebih, yang belum berubah warna, rasa dan baunya?

Jawab: Boleh mandi dan berwudhu darinya

4. Apa hukumnya mandi junub di kolam umum dan kolam masjid?

Jawab: Tidak boleh, dan wajib untuk menasihati dan membinmbing manusia dalam masalah ini

5. Apa hukum berwudhu dengan air merah yang tersisa pada saluran atau bejana air?

Jawab: Tidak masalah sepanjang berubahnya bukan karena najis

6. Apa hukum menggunakan air yang dipanaskan matahari?

Jawab: Kami tidak tahu adanya dalil shahih yang melarang penggunaannya

7. Bolehkah berwudhu dari air laut?

Jawab: Boleh berwudhu dengannya

8. Apakah air-air selokan menjadi suci setelah disuling?

Jawab: Menjadi suci jika air itu kembali ke bentuk aslinya

9. Apa hukumnya menggunakan toilet gaya Barat?

Jawab: Boleh

10. Kencing berdiri, apakah halal atau haram?

Jawab: Tidak diharamkan, akan tetapi sunnahnya sambil duduk

Sumber: Cara Mudah Mengetahui Hukum Fiqh (Bersuci Bag. 1)

Bagi pembaca yang ingin mempelajari lebih jauh disertai dalil dan penjelasannya silakan klik link-link sumber yang ada di: http://nasihatonline.wordpress.com/

Semoga bermanfaat bagi kaum muslimin, baarokallahu fiykum.
read more - Belajar Mudah Aqidah dan Fiqh Islam (1)

Ternyata Tubuh Ini Merekam

Dalam Alquran (Yasin: 65) dinyatakan, di akhirat kelak anggota tubuh kita akan memberikan kesaksian atas apa yang diperbuatnya selama di dunia.

Tangan, kaki, dan anggota badan lain akan berbicara sehingga mulut tidak bisa membantah dan berbohong. Pendeknya dalam pengadilan di akhirat kelak kita tak akan mampu membohongi diri sendiri dan malaikat karena anggota tubuh akan menjadi saksi yang bisa memberatkan atau meringankan, tergantung pada perbuatan yang pernah dilakukan di dunia. Hakim yang kita hadapi di akhirat kelak bukanlah hakim yang dapat disuap dengan uang sebagaimana yang terjadi di dunia.

Tak akan ada yang mampu menolong diri kita kecuali rekaman iman dan amal kebajikan kita sendiri. Apa yang disampaikan Alquran di atas secara ilmiah sangat mudah untuk dibuktikan bahwa tubuh itu merekam apa yang biasa kita lakukan dan pikirkan. Contoh yang paling sederhana adalah rekaman pengalaman naik sepeda. Mungkin ada di antara kita sudah puluhan tahun tidak pernah naik sepeda.Tetapi karena dahulunya pernah dan biasa naik sepeda, andaikan disodori sepeda pasti bisa mengendarainya.

Mengapa? Karena tubuh kita, terutama kaki dan tangan,memiliki rekaman bagaimana mengendarai sepeda,sehingga rekaman tadi muncul lagi ketika disuruh naik sepeda. Namun, mereka yang dahulunya tidak pernah,yang berarti tidak memiliki rekaman pengalaman, pasti perlu waktu lama dan mulai dari nol untuk belajar naik sepeda. Contoh ini dapat diperbanyak lagi, misalnya apa yang direkam oleh lidah tentang rasa makanan.


Dalam sebuah penelitian kajian neurologi dibuktikan bahwa selsel otak ternyata menyimpan berbagai informasi dan pengalaman yang terekam sejak kecil yang umumnya sudah kita lupakan. Ketika dilakukan eksperimen dengan pembedahan otak, tetapi yang bersangkutan tetap sadar, ternyata ketika dirangsang sel-sel saraf tertentu mampu menceritakan berbagai pengalaman sewaktu kecil.Eksperimen ini memperkuat teori bahwa semua yang pernah kita ketahui dan pikirkan terekam dalam jaringan saraf otak. Jadi, apa yang dikatakan Alquran tadi semakin diperkuat oleh eksperimen ilmiah.

Teori bahwa tubuh merekam saya amati dan buktikan sendiri ketika ayah saya sakit, dirawat di rumah sakit di Magelang selama satu minggu. Saya mendapatkan pelajaran yang sangat berharga dari peristiwa ini. Betapa tidak? Bayangkan, ketika dia sembuh dan telah kembali ke rumah, saya bertanya kepadanya, “Bagaimana pengalaman Bapak ketika di rumah sakit?”Dia jawab, “Saya lupa.” Sungguh ini hal yang aneh. Dia bilang sudah lupa dengan apa yang terjadi di rumah sakit. Jadi, secara fisik sebenarnya dia memang sakit, tetapi secara mental dia sama sekali tidak merasa dirinya sakit.

Yang sangat mengesankan saya, saat dirawat di rumah sakit, setiap kali datang waktu salat, dia selalu minta air untuk wudu atau minta diberi kesempatan untuk tayamum karena mau salat. Rupanya tubuh dan mentalnya merekam ritme jadwal salat sehingga setiap datang waktu salat, jam badannya (biological clock) memberi isyarat secara refleks dan otomatis bergegas untuk mendirikan salat karena ayah saya ketika sehat selalu salat tepat waktu lima kali sehari.

Jadi, ketika sakit, jam badan itu bekerja layaknya weaker yang memberi isyarat karena di dalamnya memiliki rekaman habit. Contoh lain yang dengan mudah kita saksikan dalam peristiwa-peristiwa sehari-hari adalah pengalaman sopir bus malam lintas kota. Dulu, waktu tol Cipularang belum dibuat, sebagian besar orang menggunakan jalur Puncak untuk pergi dari Jakarta ke Bandung. Pernahkah kita membayangkan bagaimana hebatnya para sopir bus jurusan Jakarta– Bandung itu ketika melawati Ciawi, Megamendung, Cisarua, Puncak Pass, Cipanas, Cianjur, dan Bandung?

Sopir-sopir bus itu dengan mudahnya menyusuri jalan berkelok yang naik-turun. Mereka sangat lihai. Mereka hafal betul kapan dan di mana harus berbelok. Mereka tahu kapan dan di mana akan ada tanjakan dan tikungan, bahkan mereka tahu di mana akan ada banyak kerumunan orang di jalan. Mengapa mereka bisa sehebat itu? Mengapa sopir itu bisa secara refleks mengendarai dan hafal situasi jalur Jakarta–Bandung? Jawabannya kita pasti tahu: itu karena kebiasaan.

Mereka telah terbiasa setiap hari melewati rute itu sehingga anggota tubuhnya merekam situasi dan keadaan yang dilaluinya. Begitu juga orang yang dulu pernah mahir bermain ping-pong atau bermain badminton, ketika dia sudah tua, meskipun sudah meninggalkan kebiasaan itu selama puluhan tahun, pasti dia akan sanggup memainkannya kembali. Mungkin gerakan dan tingkat kelihaiannya berbeda dengan masa mudanya, tetapi kemampuan dan teknik dasar bermainnya tentu akan terlihat.Jadi, kebiasaan masa lalu tak akan mudah terlupakan karena tubuh ini merekam secara kuat apa yang pernah menjadi kebiasaan dan kesukaan atau hobi.



Cerita di atas menyimpan pesan yang sangat dalam. Bahwa hendaknya kita membiasakan berpikir, berbicara, dan berbuat yang baik-baik, agar ketika sakit atau menjelang ajal nanti, rekaman kebaikan itu yang akan menemani dan mengawal kita menempuh perjalanan lebih lanjut. Coba renungkan, ada kejadian pada orangtua yang menjelang ajal, tetapi sangat-angat sulit untuk mengucapkan zikir seperti tahlil, tahmid, takbir. Hal ini disebabkan di masa hidupnya bacaan-bacaan zikir itu sangat asing, hati dan lidahnya tidak memiliki rekaman zikir.

Dia tidak mempunyai memori yang dapat membangkitkan kesadarannya untuk mengucapkan kalimah tayyibahitu menjelang ajalnya. Sebaliknya,sering kali saya menyaksikan bagaimana mudahnya seseorang mengucapkan zikir atau membaca asmaul husna pada saat menjelang kematiannya.Ini lantaran dia telah terbiasa untuk mengucapkan kalimat itu di masa hidupnya. Dia telah membiasakan diri untuk membasahi lidahnya dengan kalimat zikir.

Siang malam dia berzikir. Sebelum dan sesudah salat dia berzikir. Ketika tersandung batu dia beristigfar. Ketika mendengar petir dia bertasbih. Praktis, kalimat zikir telah menjadi bagian dari kebiasaannya sehari-hari sehingga ketika ajal datang menjemput dia dengan mudah mengucapkan kalimat zikir untuk menutup usianya. Karena itu, bagi orang yang mempunyai kebiasaan buruk yang selalu mengucapkan kata-kata kotor di masa hidupnya, bisa jadi menjelang sakaratul maut yang akan diingatnya hanya kata-kata kotor.

Orang yang biasa mengejek, mengomel, atau mencemooh orang lain akan tertutup hatinya untuk mengucapkan kata-kata yang baik, sebab rekaman atau memori hidupnya selalu dipenuhi dengan kebiasaan buruk itu. Saya sering kali mendapatkan kisah-kisah nyata yang menceritakan hal itu. Semoga kisah-kisah di atas dapat menjadi pelajaran berharga untuk menghadapi kematian sehingga kita menjumpai Izrail dengan senyum persahabatan.

Mari kita membiasakan diri untuk melafalkan kata-kata yang baik,selalu berzikir dan mengingat Allah SWT,membiasakan diri mengerjakan salat, berpuasa dan bersedekah,serta berbuat baik kepada sesama,sebab semua itu akan terekam dalam memori kita sepanjang hayat, baik saat hidup di dunia, menjelang sakaratul maut, atau setelah kematian kita. Husnul khatimah (pengujung yang baik) di masa kematian kita itu tidak bisa diraih dengan tiba-tiba.

Ia tak bisa dipaksa dan dibimbing oleh orang lain dengan mudah karena diri kitalah yang menentukan apakah kita sanggup mendapatkan akhir yang baik atau tidak. Husnul khatimah merupakan akumulasi dari perjalanan panjang seseorang di masa hidupnya. Rekam jejak kehidupan seseorang menentukan hasil akhir dari perjalanan hidupnya di dunia.
-HAS Kembang Anggrek-
read more - Ternyata Tubuh Ini Merekam

Kunci Untuk Membuka Surga


Bismillah,

Ibarat sebuah pintu, surga membutuhkan sebuah kunci untuk membuka pintu-pintunya. Namun, tahukah Anda apa kunci surga itu ? Bagi yang merindukan surga, tentu akan berusaha mencari kuncinya walaupun harus mengorbankan nyawa.

Tetapi anda tak perlu gelisah, Nabi Muhammad Sholallahu ‘alaihi wa sallam telah menunjukkan pada umatnya apa kunci surga itu, sebagaimana tersebut dalam sebuah hadits yang mulia, beliau bersabda (yang artinya): “Barang siapa mengucapkan kalimat Laa ilaaha illalloh dengan penuh keikhlasan, maka dia akan masuk surga. “
(HR. Imam Ahmad dengan sanad yang shohih).

Ternyata, kunci surga itu adalah Laa ilaahaa illalloh, kalimat Tauhid yang begitu sering kita ucapkan. Namun semudah itukah pintu surga kita buka ? Bukankah banyak orang yang siang malam mengucapkan kalimat Laa ilaaha illalloh, tetapi mereka masih meminta-minta (berdo’a dan beribadah) kepada selain Allah, percaya kepada dukun-dukun dan melakukan perbuatan syirik lainnya ? Akankah mereka ini juga bisa membuka pintu surga ? Tidak mungkin !

Dan ketahuilah, yang namanya kunci pasti bergerigi. Begitu pula kunci surga yang berupa Laa ilaaha illalloh itu, ia pun memiliki gerigi. Jadi, pintu surga itu hanya bisa dibuka oleh orang yang memiliki kunci yang bergerigi.

Al-Iman Al-Bukhori meriwayatkan dalam Shohih-nya (3/109), bahwa seseorang pernah bertanya kepada Al-Imam Wahab bin Munabbih (seorang Tabi’in terpercaya dari Shon’a yang hidup pada tahun 34-110 H) : “Bukankah Laa ilaaha illalloh itu kunci surga ? “Wahab menjawab : “Benar, akan tetapi setiap kunci yang bergerigi. Jika engkau membawa kunci yang bergerigi, maka pintu surga itu akan di bukakan untukmu !”.

Lalu, apa gerangan gerigi kunci itu Laa ilaaha illalloh itu ? Ketahuilah, gerigi kunci Laa ilaaha illalloh itu adalah syarat-syarat Laa ilaaha illalloh ! Syaikh Abdurrahman bin Muhammad bin Qoshim Al-Hambali An-Najdi rahimahullah, penyusun kitab Hasyiyyah Tsalatsatil Ushul, pada halaman 52 kitab tersebut menyatakan, syarat-syarat Laa ilaaha illalloh itu ada delapan, yaitu :

  1. Pertama : Al-‘Ilmu (mengetahui), maksudnya adalah Anda harus mengetahui arti (makna) Laa ilaaha illalloh secara benar. Adapun artinya adalah : “Tidak ada tuhan yang berhak disembah kecuali Allah”. Rasulullah shollallahu ‘alaihi wa sallam bersabda (yang artinya):“Barang siapa mati dalam keadaan mengetahui bahwa tidak ada tuhan yang berhak disembah kecuali Allah, niscaya dia akan masuk surga.” (HR. Muslim)Seandainya Anda mengucapkan kalimat tersebut, tetapi anda tidak mengerti maknanya, maka ucapan atau persaksian tersebut tidak sah dan tidak ada faedahnya.
  2. Kedua : Al-Yaqiinu (meyakini), maksudnya adalah anda harus menyakini secara pasti kebenaran kalimat Laa ilaaha illalloh tanpa ragu dan tanpa bimbang sedikitpun. Rasulullah shollallahu ‘alaihi wa sallam bersabda (yang artinya): “Aku bersaksi bahwa tidak ada tuhan yang berhak di sembah kecuali Allah dan aku adalah utusan Allah. Tidaklah seorang hamba bertemu dengan Allah sambil membawa dua kalimat syhadat tersebut tanpa ragu kecuali pasti dia akan masuk surga.(HR. Muslim)
  3. Ketiga : Al-Qobulu (manerima), maksudnya Anda harus menerima segala tuntunan Laa ilaaha illalloh dengan senang hati, lisan dan perbuatan, tanpa menolak sedikitpun. Anda tidak boleh seperti orang-orang musyirik yang di gambarkan oleh Allah dalam Al-Qur’an (yang artinya):“Orang-orang yang musyrik itu apabila di katakan kepada mereka : (ucapkanlah) Laa ilaaha illalloh, mereka menyombongkan diri seraya berkata : Apakah kita harus meninggalkan sesembahan-sesembahan kita hanya karena ucapan penyair yang gila ini ? “ (QS. As-Shoffat : 35-36).
  4. Keempat : Al-Inqiyaadu (tunduk atau patuh), maksudnya Anda harus tunduk dan patuh melaksanakan tuntunan Laa ilaaha illalloh dalam amal-amal nyata. Allah subhanahu wa Ta’ala (yang artinya):“Kembalilah ke jalan Tuhanmu, dan tunduklah kepada-Nya. “(QS. Az-Zumar : 54).Allah Ta’ala juga berfirman (yang artinya):“Dan barang siapa yang menyerahkan dirinya kepada Allah, sedang dia orang yang berbuat kebaikan, maka sesungguhnya ia telah berpegang pada buhul (ikatan) tali yang amat kokoh (yakni kalimat Laa ilaaha illalloh). “(QS. Luqman : 22).Makna “menyerahkan dirinya kepada Allah” yaitu tunduk, patuh dan pasrah kepada-Nya (ed.).
  5. Kelima : Ash-Shidqu (jujur atau benar), maksudnya Anda harus jujur dalam melaksanakan tuntutan Laa ilaaha illalloh, yakni sesuai antara keyakinan hati dan amal nyata, tanpa di sertai kebohongan sedikitpun. Nabi Sholallahu ‘alahi wa sallam bersabda (yang artinya) : “Tidaklah seseorang itu bersaksi bahwa tidak ada tuhan yang berhak di sembah kecuali Allah dan Muhammad itu adalah hamba dan utusan-Nya, dia mengucapkannya dengan jujur dari lubuk hatinya, melainkan pasti Allah mengharamkan neraka atasnya. “ (HR. Imam Bukhori dan Muslim).
  6. Keenam : Al-Ikhlas (ikhlas atau murni), maksudnya Anda harus membersihkan amalan Anda dari noda-noda riya’ (amalan ingin di lihat dan dipuji oleh orang lain), dan berbagai amalan kesyirikan lainnya. Nabi sholallahu ‘alaihi wa sallam bersabda : “Sesungguhnya Allah mengharamkan neraka bagi orang yang mengucapkan Laa ilaaha illalloh semata-mata hanya untuk mengharapkan wajah Allah Azza wa Jalla. “(HR. Imam Bukhori dan Muslim)
  7. Ketujuh : Al-Mahabbah (mencintai), maksudnya anda harus mencintai kalimat tauhid, tuntunannya, dan mencintai juga kepada orang-orang yang bertauhid dengan sepenuh hati, serta membenci segala perkara yang merusak tauhid itu. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman (yang artinya): “Dan di antara manusia ada yang menbuat tandingan-tandingan (sekutu) selain Allah yang di cintai layaknya mencintai Allah. Sedangkan orang-orang yang beriman, sangat mencintai Allah diatas segala-galanya). “ (QS. Al-Baqarah : 165). Dari sini kita tahu, Ahlut Tauhid mencintai Allah dengan cinta yang tulus bersih. Sedangkan Ahlus Syirik mencintai Allah dan mencintai tuhan-tuhan yang lainnya. Hal ini tentu sangat bertentangan dengan isi kandungan Laa ilaaha illalloh.(ed,).
  8. Kedelapan : Al-Kufru bimaa siwaahu (mengingkari sesembahan yang lainnya), maksudnya Anda harus mengingkari segala sesembahan selain Allah, yakni tidak mempercayainya dan tidak menyembahnya, dan juga Anda harus yakin bahwa seluruh sesembahan selain Allah itu batil dan tidak pantas disembah-sembah. Allah Subhanahu wa Ta’ala menyatakan (yang artinya): “Maka barang siapa mengingkari thoghut (sesembahan selain Allah) dan hanya beriman kepada Allah, maka sesungguhnya dia telah berpegang teguh pada ikatan tali yang amat kokoh (yakni kalimat Laa ilaaha illalloh), yang tidak akan putus….”(QS. Al-Baqoroh : 256)
Saudaraku kaum muslimin dari sini dapatlah anda ketahui, bahwa orang yang mengucapkan kalimat Laa ilaaha illalloh hanya dengan lisannya tanpa memenuhi syarat-syaratnya, dia bagaikan orang yang memegang kunci tak bergerigi, sehingga mustahil baginya untuk membuka pintu surga, walaupun dia mengucapkannya lebih dari sejuta banyaknya. Karena itu perhatikanlah ! Wallahu a’lamu bish showwab !.

Penulis: Al-Ustadz Agus Su’aidi As-Sidawy
Dinukil dari bulletin Dakwah Al-Bayyinah, edisi 07/02/20, diolah dan disusun kembali oleh Abu Abdirrahman.
(BULETIN DAKWAH AT-TASHFIYYAH, Surabaya Edisi : 13 / Shafar / 1425)

http://www.darussalaf.or.id/stories.php?id=321
read more - Kunci Untuk Membuka Surga

Masuk Surga Tanpa Hisab Tanpa Adzab (1)

Oleh Al-Ustadz Abdul Mu’thi

Pembahasan kita kali ini secara umum masih terbilang dari keutamaan Tauhid. Kita angkat tema ini secara lebih khusus karena merupakan keutamaan tauhid yang sangat istimewa bagi para pemeluknya. Tidak semua pemeluk tauhid dapat memperoleh keutamaan masuk surga tanpa hisab dan tanpa adzab. Keutamaan ini hanya bagi seorang yang benar-benar merealisasikan tauhid dengan sempurna.

Dalil yang menandaskan tentang keutamaan itu adalah hadits yang diriwayatkan oleh Al-Bukhori dan Muslim dari sahabat Ibnu Abbas rodhiyallahu ‘anhuma. Bahwasanya Rasulullah shollallahu 'alaihi wa sallam bersabda,
عرضتُ عَلَي الأممِ، فَرَأَيْتُ الَنِبي وَمَعَهُ الرَهْطُ، والَنِبي وَمَعَهُ الرَّجل والرجلان، والنبي وليس معه أحد، إذ رفع لي سواد عظيم، فظننت أنهم أمتي، فقيل لي: هذا موسى وقومه، فنظرت فإذا سواد عظيم، فقيل لي: هذه أمتك ومعهم سبعون ألفاً يدخلون الجنة بغير حساب ولا عذاب

"Telah ditampakkan umat-umat kepadaku. Maka Aku melihat seorang nabi yang bersamanya beberapa orang (berjumlah sepuluh atau kurang), seorang nabi yang bersamanya satu dua orang saja dan seorang nabi yang tak seorang pun bersamanya. Tiba-tiba ditampakkan kepadaku serombongan besar (yang terlihat dari kejauhan). Aku pun mengira bahwa mereka adalah umatku. tetapi dikatakan kepadaku, “Ini adalah Musa bersama kaumnya”. Kemudian aku melihat serombongan besar yang lain. Maka dikatakan kepadaku, “Ini adalah umatmu, bersama mereka ada tujuh puluh ribu orang yang masuk surga tanpa hisab dan tanpa adzab”.

Selanjutnya beliau bangkit dan segera masuk ke rumahnya. orang-orang pun memperbincangkan tentang siapakah mereka itu. Sebagian orang berkata, “Barangkali mereka adalah para sahabat Rosulullah shollallahu 'alaihi wa sallam”. Sedangkan sebagian yang lain berkata, “barangkali mereka adalah orang-orang yang dilahirkan pada masa Islam. Sehingga mereka tak pernah berbuat syirik kepada Allah sedikitpun”. Berikutnya mereka menyebutkan beberapa kemungkiunan lain.

Mereka memberitahukan perkaranya kepada Rosulullah shallallahu’alaihi wasallam tatkala beliau keluar . Maka beliau bersabda,

هم الذين لا يسترقون ولا يكتوون ولا يتطيرون وعلى ربهم يتوكلون

“Mereka itu adalah orang-orang yang tidak meminta di ruqyah, tidak meminta di kay, tidak melakukan tathayyur dan hanya bertawakkal kepada Robb mereka”.

Lalu 'Ukasyah bin Mihshan berdiri dan berkata, “Mohonlah kepada Allah agar aku termasuk golongan mereka.

Beliau menjawab,
“Engkau termasuk golongan mereka.”

Kemudian seseorang ikut berdiri dan berkata, “Mohonlah kepada Allah agar aku juga termasuk golongan mereka”.

Beliau menjawab, “Engkau telah kedahuluan 'Ukasyah".

Hadits yang mulia ini mengandung banyak pelajaran penting yang bisa kita ambil. Marilah kita menyimak uraiannya satu persatu dengan mengharap wajah allah.

Sabda Rosulullah shallallahu’alaihi wasallam,


عُرِضْتُ عَلَي الأممِ
“Ditampakkan umat-umat kepadaku”

Allah Yang Mahatahu kapan yang demikan ditampakkan kepada beliau. Maksud pernyataan beliau bahwa Allah memperlihatkan kepadanya perumpamaan saat para nabi datang bersama pengikutnya di hari kiamat nanti. (Lihat Qurrotul ‘uyun karya syaikh Abdurrahman Alus Syaikh hal.27)

Sabda Rosulullah shallallahu’alaihi wasallam,

فَرَأَيْتُ الَنِبي وَمَعَهُ الرَهْطُ، والَنِبي وَمَعَهُ الرَّجل والرجلان، والنبي وليس معه أحد
“Maka Aku melihat seorang nabi yang bersamanya beberapa orang (berjumlah sepuluh atau kurang), seorang nabi yang bersamanya satu dua orang saja dan seorang nabi yang tak seorang pun bersamanya.”

Pernyataan beliau diatas mengabarkan bahwa yang selamat dari setiap umat hanya berjumlah sedikit. Mayoritas mereka lebih cenderung mengikuti tabiat manusia berupa pengingkaran kepada para Rosul. akhirnya mereka binasa. Allah berfirman,
(1)

“Dan jika kamu menuruti kebanyakan orang-orang yang dimuka bumi ini, niscaya mereka akan menyesatkanmu dari jalan Allah.” (Al-An`am:116)

(2)

“Dan Kami tidak mendapati kebanyakan mereka memenuhi janji. Sesungguhnya Kami mendapati kebanyakan mereka orang-orang yang fasik.” (Al-A’rof:102)

(3)

“Katakanlah: "Adakan perjalanan di muka bumi dan perhatikanlah bagaimana kesudahan orang-orang yang terdahulu. Kebanyakan dari mereka itu adalah orang-orang yang mempersekutukan (Allah)".” (Ar-Ruum : 42)

Banyak ayat-ayat yang senada dengan beberapa firman Allah di atas dalam Al-quran.

Orang-orang yang selamat pada hari kiamat nanti walaupun berjumlah sedikit tetapi mereka disebut dengan nama As-sawadul A’zhom (golongan yang besar). Sebab mereka memiliki nilai yang besar di sisi Allah meskipun berjumlah sedikit. Maka hendaknya seorang muslim berhati-hati agar jangan terpedaya dengan jumlah mayoritas. Berapa banyak orang yang terpedaya dengan jumlah mayoritas. Sampai sebagian orang yang mengaku berilmu meyakini masalah agama seperti keyakinan orang-orang yang bodoh dan sesat. Mereka tidak mau menoleh kepada firman Allah dan sabda Rosul-Nya, (sehingga mereka hanya mengukur kebenaran dengan jumlah mayoritas semata). (Lihat Qurrotul ‘Uyun hal.27-28)
Kebenaran Tidak Diukur dengan Jumlah Mayoritas

Hadits diatas menceritakan tentang seorang nabi yang dibangkitkan pada hari kiamat namun tak seorang pun bersamanya. Maksudnya nabi itu tidak memiliki seorang pengikut pun tatkala Allah mengutusnya kepada suatu kaum. Allah hendak menegakkan hujjah kepada manusia dengan mengutusnya. Dengan demikian Allah mengangkat seluruh alasan sebab Allah telah menegakkan hujjah atas mereka. (lihat Al-qoulul Mufid karya Ibnu Utsaimin 1/94-95)

Dari sini kita bisa mengambil pelajaran bahwa kebenaran sering berpihak kepada jumlah minoritas dan menjauh dari jumlah mayoritas. Rosulullah shallallahu’alaihi wasallam bersabda,

لا تزال طائفة من أمتي علي الحق ظاهرين, لا يضرهم من خالفهم, و لا من خذلهم حتي يأتي أمر الله و هم علي ذلك

“Senantiasa sekelompok kecil dari umatku tampak nyata diatas kebenaran. Mereka tidak dibahayakan oleh orang yang menyelisihi dan menghinakan mereka, sampai datang perintah allah dalam keadaan mereka tetap demikian.” (HR. Al-Bukhori dan Muslim dari Mu`awiyah radhiyallahu `anhu)

Syaikh Abdur rahman bin Hasan Alus-syaikh berkata: “sabda Rosulullah shallallahu’alaihi wasallam:

Maka Aku melihat seorang nabi yang bersamanya beberapa orang (berjumlah sepuluh atau kurang), seorang nabi yang bersamanya satu dua orang saja dan seorang nabi yang tak seorang pun bersamanya.

Ini merupakan bantahan terhadap orang-orang yang menjadikan jumlah mayoritas sebagai argumen (kebenaran).” (lihat Fathul Majid karya beliau hal.83)

Pembahasan ini mengingatkan kita kepada sebuah kesesatan yang tertanam pada sistem demokrasi. Yaitu menetapkan kebenaran segala sesuatu dengan suara mayoritas. Ini adalah kesesatan yang nyata tanpa dapat diragukan lagi. Terlalu banyak dalil dari Al-quran dan As-sunnah yang menegaskan kesesatan prinsip demokrasi ini. Diantaranya sebagaimana yang telah kita sebutkan diatas. Ukuran kebenaran adalah wahyu yang Allah turunkan kepada nabinya baik berupa Al-quran maupun As-sunnah. Allah berfirman,
(4)

“Kebenaran itu adalah dari Robbmu, maka jangan sekali-kali kamu termasuk orang-orang yang ragu.” (Al-Baqoroh:147)

Dalam ayat lain,
(5)

“Ikutilah wahyu yang diturunkan kepada kalian dari Robb kalian dan janganlah kalian mengikuti wali-wali selainnya.” (Al-A’raaf:3)

Sebaliknya dalam Al-Quran justru Allah melarang untuk mengikuti kebanyakan orang,

(6)

“Dan jika kamu menuruti kebanyakan orang-orang yang dimuka bumi ini, niscaya mereka akan menyesatkanmu dari jalan Allah.” (Al-An’am:116)

Allah tidak memerintahkan kita untuk mengikuti suara mayoritas. Akan tetapi Allah memerintahkan kita untuk mengikuti kebenaran yang datang dari sisinya walaupun hanya segelintir orang yang berpihak kepadanya. Kita berharap semoga kaum muslimin mau meninggalkan sistem demokrasi yang sesat ini, demi kebahagian hidup mereka didunia sebelum akherat. Allahul Musta`an

Wallahu a’lam bis shawab


Bersambung...
read more - Masuk Surga Tanpa Hisab Tanpa Adzab (1)

Jadwal Ibadah di Bulan Ramadhan untuk Wanita yg sedang Haid

Bagaimana dengan wanita yang mengalami haid (menstruasi)beribadah ketika bulan Ramadhan?

Tentunya, kitapun sebagai wanita mau kehilangan keutamaan bulan Ramadhan yang Mulia dan penuh keberkahan ini. Walaupun kita tidak boleh melakukan Ibadah sholat dan membaca Al Qur'an, tapi masih banyak ibadah ibadah sunnah lainnya yang bisa kita dapatkan di bulan yang penuh Maghfirah ini.

Dibawah ini ada jadwal Khusus Wanita yang sedang haid, semoga bisa dijadikan panduan dalam menjalani di bulan Ramadhan yang akan datang


SETELAH TERBITNYA FAJAR

1.Menjawab adzan untuk shalat fajar(subuh)

" اللهم رب هذه الدعوة التامة والصلاة القائمة آت محمدا الوسيلة والفضيلة وابعثه مقاما محمودا الذي وعدته " .

“Ya Allah Tuhan Pemilik seruan yang sempurna ini, dan shalat yang akan didirikan, karuniakanlah kepada nabi Muhammad Saw. wasilah dan keutamaan dan tempatkanlah ia di tempat yang terpuji yang telah Engkau janjikan.”

Hadist :

Dari Jabir Bin Abdullah, Rasulullah bersabda "Barangsiapa mendengar panggilan azan lalu ia berdoa 'Ya Allah Tuhan Pemilik seruan yang sempurna ini, dan shalat yang akan didirikan, karuniakanlah kepada nabi Muhammad Saw. wasilah dan keutamaan dan tempatkanlah ia di tempat yang terpuji yang telah Engkau janjikan' akan mendapatkan syafaatku kelak pada hari kiamat (HR. Bukhari)

2. Isilah waktu antara adzan dan iqamat ini dengan berdo’a dan membaca dzikir-dzikir pagi hari

“'Doa di antara adzan dan iqamat tidak tertolak'." Diriwayatkan oleh Abu Dawud, at-Tirmidzi, an-Nasa`i, Ibn as-Sunni dan lain-lain. At-Tirmidzi berkata, "Hadits hasan shahih."


Penjelasan: Do’a yang dilakukan pada waktu antara adzan dan iqamah itu terkabulkan. Dalam artian, waktu ini adalah salah satu waktu yang mustajabah untuk berdo’a.

3. Mengingatkan suami dan anak-anak lelaki untuk shalat Subuh berjamaah di masjid, dengan berangkat lebih awal sebelum iqamah

Rasul Saw. bersabda: “Dan jikalau mereka mengetahui apa-apa yang ada dalam sholat Isya’ dan shubuh niscaya mereka mendatangi keduanya bahkan mereka akan mencintainya.”
“berikanlah kabar gembira kepada orang-orang yang berjalan bersama-sama ke masjid di kegelapan dengan cahaya yang sempurna pada hari akhir nanti.”
H.R Tirmidzi

4. KEGIATAN SETELAH KELUAR DARI MASJID/MUSHOLA

• Membantu suami berangkat ketempat kerja dengan niat ibadah. Mengingatkan agar suaminya mencari rizki untuk keluarganya secara halal dan menyempatkan diri mengabdi kepada masyarakat.

Rasulullah Saw. bersabda: “Tidaklah seseorang itu memakan makanan yang lebih baik daripada memakan dari hasil jerih payahnya dan sesungguhnya nabi Allah, Dawud As. makan dari hasil tangannya(jerih payah) sendiri.”
H.R. Bukhori

• Menyiapkan anak-anak berangkat ke sekolah, dan menasehatkan mereka untuk mencari pahala sambil belajar demi masa depan dunia dan akherat.

Rasulullah Saw. bersabda: “Barangsiapa berjalan diatas jalan yang didalamnya ada ilmu, Allah akan memudahkan jalan baginya menuju surga.”
H.R. Muslim

• Menasehatkan seluruh anggota keluarga untuk mengingat Allah ta’ala sepanjang hari
Bukankah dengan mengingat Allah menentramkan bathin”
(Ar-Ra’du 28)

Hadist:
Dari Abu Hurairah, Rasulullah bersabda "Tidak ada kaum yang berdzikir kepada Allah kecuali mereka di kelilingi oleh malaikat malaikat, di liputi oleh Rahmat, turun kepada mereka ketentraman, dan Allah menyebut mereka sebagai orang orang yang di sisiNya (HR. Mulim)

Rasulullah Saw. bersabda: “Amal yang paling disukai Allah adalah apabila lisanmu senantiasa basah dengan dzikrullah hingga mati”

• Mengingatkan setiap anggota keluarga untuk menunaikan shalat Dhuha meskipun Cuma dua rakaat sebelum keluar rumah.
Rasulullah Saw. bersabda: ““Jadilah setiap gerak-gerik kalian sedekah, setiap tasbih sedekah, setiap tahil sedekah, setiap takbir sedekah, perintah kepada kebaikan sedekah, melarang kemungkaran sedekah, dan semuanya bisa dicukupi dengan dua rakaat Dhuha””. H.R. Muslim

• Tidur dan istirahat.

• Menyibukkan diri dengan berdzikir kepada Allah sepanjang hari.

Hadist:
Dari Abu Hurairah, Rasulullah bersabda "Tidak ada kaum yang berdzikir kepada Allah kecuali mereka di kelilingi oleh malaikat malaikat, di liputi oleh Rahmat, turun kepada mereka ketentraman, dan Allah menyebut mereka sebagai orang orang yang di sisiNya (HR. Mulim)


Contoh Dari Macam-macam Dzikir:


- سبحان الله وبحمده أستغفر الله وأتوب إليه.


Subhanallah wa bihamdihi, astaghfirullah wa atuubu ilaih

Rasulullah Shallalahu alaihi wasallam memperbanyak bacaan “Subhanallah wa bihamdihi astaghfirullah
wa atuubu ilaih”. Katanya, dan aku berkata: Ya Rasulullah!Saya melihatmu memperbanyak bacaan “”Subhanallah wabihamdihi, astaghfirullah wa atuubu ilaih?” dan beliau bersabda”Tuhanku telah mengabarkan kepadaku bahwa aku akan melihat tanda-tanda pada umatku. Maka ketika aku melihatnya, aku memperbanyak bacaan : Subhanallah wabihamdihi astaghfirullah wa atuubu ilaih. Dan aku telah melihatnya. Jika telah datang pertolongan Allah dan kemenangan. Maka dibukalah Makkah. Dan kulihat manusia masuk kedalam agama Allah berbondong-bondong. Maka bertasbihlah dengan memuji Tuhanmu dan mohonlah ampunannya, sesungguhnya Dia maha penerima taubat. (H.R. Muslim)

- استغفر الله العظيم من جميع الذنوب وأتوب إليه .

Astaghfirullah al-adhim min jamii’i-dzunubi wa atuubu ilaih

Nabi Shallalahu alaihi wasallam bersabda: “Wahai manusia, bertaubatlah kepada Allah, sesungguhnya aku bertaubat dalam sehari seratus kali”
H.R. Muslim


- سبحان الله وبحمده سبحان الله العظيم .

Subhanallah wa bihamdihi subhanallah-al-adhim

Rasulullah Shallalahu alaihi wasallam bersabda:”Dua kata yang ringan diucapkan, namun berat pada timbangan, disukai oleh Sang Maha Pengasih:Subhanalah wabihamdihi subhanallah-al-adhim”
H.R. Bukhari & Muslim


- لا إله إلا أنت سبحانك إني كنت من الظالمين .

Laa ilaha illa Anta subhanaka inni kuntu mina-dholimin

Rasulullah Saw. bersabda: Doa dzu nun (gelar nabi Yunus As) ketika berada dalam perut paus “ Tiada Tuhan selain Engkau, Maha Suci Engkau sesungguhnya aku telah termasuk orang-orang yang dhalim”, maka sesungguhnya tidak berdoa seorang laki-laki muslim dengan (doa ini) dalam segala perkara melainkan Allah Swt mengabulkan baginya (doa).


سبحان الله ، والحمد لله ، ولا إله إلا الله ، والله أكبر
-

Subhanallah walhamdulillah wala ilaha illalahu wallahu akbar

Rasulullah Saw. bersabda: ”Aku dianjurkan membaca subhanallah walhamdulillah wala ilaha illallah wallahu akbar, lebih disukai dari apa-apa yang matahari terbit di atasnya” H.R. Muslim, Nabi Saw. bersabda: ”Kata-kata yang paling disukai oleh Allah ada empat: Subhanallah, walhamdulillah, wa laailaha illa-Allah, wa-Allahu akbar, yang tiada akan mencelakaimu dengan mana saja kamu bisa memulainya.”H.R. Muslim


لا حول ولا قوة إلا بالله .

Laa haula wa laa quwwata illa billah

Rasulullah Shallalahu alaihi wasallam bersabda: ”Wahai Abdullah ibnu Qais, bukankah aku tunjukkan kepadamu harta karun dari harta-harta surga?”Maka aku berkata:Benar ya Rasulallah, lalu beliau bersabda:”Ucapkanlah laa haula wa laa quwwata illa billah”H.R. Bukhari & Muslim


- سبحان الله العظيم وبحمده .

Subhanallah al-adhim wa bihamdihi

Rasulullah Shallalahu alaihi wasallam bersabda:”Barangsiapa berkata subhanallah al adhim wa bihamdihi maka akan ditanamkan baginya pohon kurma disurga”


اللهم صل على محمد وعلى آل محمد كما صليت على آل إبراهيم إنك حميد مجيد، اللهم بارك على محمد وعلى آل محمد كما باركت على آل إبراهيم إنك حميد مجيد .

Allahumma Shalli ala Muhammad wa ‘ala aali Muhammad kama shallaita ‘ala aali Ibrahim innaka hamiidum majiid, Allahumma baarik ‘ala Muhammad wa ‘ala aali Muhammad kama baarakta ‘ala aali Ibrahim innaka hamiidum majiid

Allah berfirman: Sesungguhnya Allah beserta malaikat-malaikat-Nya bershalawat untuk Nabi, wahai orang-orang yang beriman, bershalawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam penghormatan kepadanya.
QS. al-Ahzab: 56


Rasulullah Shallalahu alaihi wasallam. bersabda:”Barangsiapa bershalawat keatasku sekali, Allah bershalawat kepadanya(dengan shalawat tersebut)sepuluh kali”H.R Muslim

وقال صلى الله عليه وسلم : " لا تجعلوا بيوتكم قبورا ، و لا تجعلوا قبري عيدا ، و صلوا علي ، فإن صلاتكم تبلغني حيث كنتم "

Dan Rasulullah Shallalahu alaihi wasallam bersabda: “Janganlah kalian jadikan rumah-rumah kalian kuburan, dan janganlah kalian jadikan kuburanku sebagai hari ied (hari dimana orang-orang bersuka cita karena pada hari itu kaum muslimin kembali kepada fitrah) , dan bershalawatlah kepadaku, sesungguhnya shalawat kalian sampai kepadaku dimanapun kalian berada”

KEGIATAN SETELAH DZUHUR

• Menjawab adzan untuk shalat dzuhur, memanfaatkan waktu diantara adzan dan iqamah untuk berdo’a

• Masuk ke dapur dan mempersiapkan buka puasa bagi orang-orang yang berpuasa dan dihitunglah pahala dari pekerjaan mulia ini.

Dan dari Anas Ra. berkata:Kami sedang bersama nabi Saw. dalam sebuah perjalanan dan ada diantara kami yang berpuasa dan ada pula yang berbuka(tidak puasa), berkatalah Anas Ra: maka berhentilah kami pada suatu tempat yang pada hari itu merupakan hari yang panas dan kebanyakan dari kami berteduh dengan pakaian yang kami miliki (dari panasnya matahari) dan sebagian yang lain melindungi dirinya dengan tangan mereka. Berkatalah Anas Ra: maka berbukalah orang-orang yang berpuasa (membatalkan puasanya), bangkitlah mereka lalu mendirikan bangunan ( untuk beristirahat) dan berdirilah orang-orang yang telah membatalkan puasanya tadi, dan orang yang berpuasa tidak mampu apa-apa, ini merupakan saksi (pada hari akhir nanti). Maka berdirilah orang-orang yang berbuka tadi dan mendirikan bangunan (untuk tempat beristirahat) dan mereka memberi minum kepada para musafir maka bersabdalah Rosul Saw: Hari ini orang-orang yang berbuka dari puasanya pergi dengan membawa pahala.
H.R. Bukhori & Muslim

• Menghabiskan saat-saat yang dikerjakan didapur menikmati hidangan sejuk dari Allah berupa: Banyak berdzikir dan bertasbih, beristighfar dan berdo`a, mendengarkan bacaan Qur’an atau ceramah-ceramah melalui radio atau tv di sela - sela mempersiapkan hidangan buka puasa di dapur.
Seorang Baduwi berkata kepada rasulullah Saw: Sesungguhnya syari’at-syari’at Islam telah banyak bagiku, maka beritahukan kepadaku dengan sesuatu yang aku bisa berteguh padanya, maka berkatalah Rosul Saw :”Senantiasa basahilah lisanmu dengan berdzikir kepada Allah”

• Mengingatkan anak-anak untuk menunaikan shalat dzuhur dan sunnah rawatibnya(Jika belum mengerjakannya di sekolah.
• Menasehatkan anak-anak untuk mengambil waktu sejenak untuk beristirahat supaya kuat melaksanakan ibadah puasa, mengajarkan mereka akan pahala dari tidur mereka.

KEGIATAN SETELAH ASHAR

• Menjawab adzan shalat Ashar
• Mengingatkan suami dan anak-anak untuk shalat ashar di masjid secara jamaah dan mendengarkan pengajian di masjid setelah shalat dan tilawah al-Qur`an, dan menasehatkan kepada para wanita untuk menunaikan shalat ashar berjamaah di rumah jika memungkinkan untuk itu.
Ibu dan anak-anak perempuannya supaya shalat Ashar berjamaah di rumah jika memungkinkan.

Rasulullah Saw. bersabda: “Barang siapa pergi ke masjid hanya bertujuan untuk belajar kebaikan atau mengajarkannya, maka baginya pahala haji sempurna”.
H.R. Thabrani.

KEGIATAN MENJELANG MAGHRIB

• Memperbanyak do’a dan istighfar pada waktu ini di sambil mempersiapkan buka puasa
• Mencari pahala degan mengantarkan buka puasa untuk tetangga dan yang membutuhkan yaitu dengan menyenangkan mereka dan untuk mempererat hubungan antar tetangga dan memberikan bantuan bagi mereka, serta memetik pahala dari memberikan buka puasa bagi yang berpuasa.
Rasulullah Saw. bersabda: “Barangsiapa memberikan buka puasa bagi yang berpuasa, maka baginya pahala sebagaimana pahala yang berpuasa tanpa mengurangi pahala orang yang berpuasa tersebut sedikitpun.”
H.R Tirmidzi & ibnu Majah

Ditetapkan dalam kitab sahihaini bahwa Rasulullah Saw.: “ adalah manusia yang palin gdermawan dan beliau adalah sebaik-baik orang dermawan di bulan Ramadhan ketika Jibril datang menemuinya dan iapun (Jibril) mendatanginya setiap malam pada bulan Ramadhan dan mengajarinya al-Qur`an, Rasul Saw. Saat itu lebih dermawan daripada angin yang berhembus(membawa kebaikan maupun manfaat bagi manusia).



KEGIATAN SETELAH TERBENAMNYA MATAHARI

• Menjawab adzan untuk shalat Maghrib
• Menasehatkan keluarga untuk berbuka puasa dengan kurma atau kurma ruthob (dengan bilangan ganjil) atau dengan air serta mengajarkan mereka mencari pahala dengan mengikuti sunnah nabi Saw. dengan membaca do’a berbuka puasa.


Dari Anas R.a berkata:”Bahwa rasulullah Saw. berbuka puasa dengan kurma sebelum shalat dan jika tidak ada kurma maka dengan kurma kering dan jika tidak ada, dengan beberapa teguk air.”

Bahwa Rasulullah Saw. ketika berbuka membaca: Telah hilanglah dahaga dan ketika keringat telah membasahi badannya (selama puasa) serta telah tetaplah pahala(puasa) jika Allah menghendaki.

• Mengingatkan suami dan anak-anak serta saudara-saudara laki-laki agar menunaikan shalat maghrib di masjid, dan bagi wanita untuk menjalankan shalat jamaah di rumah jika memungkinkan untuk itu.
• Berkumpul dengan keluarga di meja makan berbuka puasa dengan bersyukur pada Allah atas nikmat sempurnanya puasa hari ini.
• Membaca dzikir-dzikir sore, dan menasehatkan seluruh anggota keluarga untuk beriltizam (membiasakan diri) dengan dzikir-dzikir ini.
• Mengingatkan keluarga agar bersiap-siap melaksanakan shalat Isya’ dan Tarawih di masjid.
“Janganlah menghalangi perempuan dari masjid Allah, dan supaya mereka ke masjid dengan tidak berparfum. H.R. Ahmad, Abu Daud
Rasulullah Saw. bersabda: “Barangsiapa bersuci di rumahnya lalu ia pergi ke rumah Allah untuk menjalan sholat fardlu, maka langkahnya satunya mengurangi dosanya dan langkah lainnya menambah pahalanya”. H.R. Muslim.

KEGIATAN SETELAH SHALAT ISYA’

• Menasehatkan anak-anak untuk belajar.
Membantu anak-anak dan menasehatkan mereka untuk membaca/menghafal al-Qur`an
Menyelesaikan pekerjaan dapur dengan niat ibadah.
• Tidur dengan niat mencari pahala dan menjadikan tidur ini agar dapat bangun untuk tahajud

KEGIATAN AKHIR PERTIGA MALAM

• Membangunkan anggota keluarga dan menyarankan mereka agar mengerjakan shalat Tahajud, dengan menasehatkan mereka untuk memperpanjang sujud dan ruku’ dalam shalat tahajud, dan supaya shalat berjamaah di masjid pada sepuluh hari terakhir dari bulan Ramadhan.
• Mencari Pahala dengan menyiapkan makan sahur dengan memperbanyak do’a dan dzikir serta istighfar.
• Mengajak keluarga untuk bersahur bersama-sama.
Rasulullah Saw. bersabda: “Bersahurlah sesungguhnya dalam sahur itu barokah” Muttafaq ‘alaih.
• Duduk untuk berdo’a dan istighfar sampai adzan subuh.
Rasulullah Saw. Bersabda: “Setiap hari Allah turun ke langit dunia ketika sepertiga malam terakhir, lalu Ia berkaka:”Siapa yang berdoa akan Aku kabulkan, siapa yang meminta akan Aku beri dan siapa yang memohon ampunan akan AKu ampuni.” H.R. Bukhari & Muslim.

Sahabatku, terutama yang muslimah, Terbukti kan Haid bukan halangan buat kita untuk menuai pahala di bulan Yang lagi BIG SALE Pahala, semoga kita mendapat PAHALA yg paling banyak di Bulan Ramadhan ini.., Amiin


PS : baca Juga Note yang berkaitan :

http://www.facebook.com/note.php?saved&&suggest¬e_id=10150237282555570&id=197674079227

26 Juli 2010

Love you All Cause of Allah
♥♥ ♥♥
(¯`v´¯)
`·.¸.·´
¸.·´... ¸.·´¨) ¸.·*¨)
(¸.·´ (¸.·´ .·´ ¸¸.·¨¯`·. ♥♥ Al faqir Ilmu N.S.A.F ♥♥
-Kembang Anggrek-
read more - Jadwal Ibadah di Bulan Ramadhan untuk Wanita yg sedang Haid

Tuesday, July 27, 2010

Mencari & Memilih Jodoh

Tanya:
Tadz bagaimana kriteria wanita yg d jadikan istri?
Ibnu muhammad [Jibnunmuhammadjawas@yahoo.com]

Jawab:
Para ulama menyebutkan beberapa kriteria dalam memilih calon istri, yang mana kriteria ini juga berlaku bagi wanita yang mencari calon suami. Berikut beberapa perkara yang harus diperhatikan dalam masalah ini:
a. Kesalehan. Hal ini berdasarkan hadits Abu Hurairah -radhiallahu ‘anhu- bahwa Nabi -Shallallahu ‘alaihi wasallam- bersabda:
تُنْكَحُ الْمَرْأَةُ لِأَرْبَعٍ: لِمَالِهَا, وَلْحَسَبِهَا, وَلِجَمَالِهَا, وَلِدِيْنِهَا, فَاظْفَرْ بِذَاتِ الدَّيْنِ
“Wanita dinikahi karena empat perkara: karena hartanya, karena keturunannya, karena kecantikannya, dan karena agamanya, maka pilihlah wanita yang bagus agamanya”.
Karenanya, hendaknya dia memilih wanita yang taat kepada Allah dan bisa menjaga dirinya dan harta suaminya baik ketika suaminya hadir maupun tidak. Rasulullah -Shallallahu ‘alaihi wasallam- bersabda tatkala beliau ditanya tentang wanita yang paling baik:
اَلَّتِيْ تُطِيْعُ إِذَا أُمِرَ، وَتَسُرُّ إِذَا نُظِرَ، وَتَحْفَظُهُ فِيْ نَفْسِهَا وَمَالِهِ
“Wanita yang taat jika disuruh, menyenangkan jika dilihat, serta yang menjaga dirinya dan harta suaminya”. (HR. Ahmad: 4/341)
Bahkan Allah -Ta’ala- berfirman:
الرِّجَالُ قَوَّامُونَ عَلَى النِّسَاءِ بِمَا فَضَّلَ اللَّهُ بَعْضَهُمْ عَلَى بَعْضٍ وَبِمَا أَنْفَقُوا مِنْ أَمْوَالِهِمْ فَالصَّالِحَاتُ قَانِتَاتٌ حَافِظَاتٌ لِلْغَيْبِ بِمَا حَفِظَ اللَّهُ وَاللَّاتِي تَخَافُونَ نُشُوزَهُنَّ فَعِظُوهُنَّ وَاهْجُرُوهُنَّ فِي الْمَضَاجِعِ وَاضْرِبُوهُنَّ فَإِنْ أَطَعْنَكُمْ فَلَا تَبْغُوا عَلَيْهِنَّ سَبِيلًا إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَلِيًّا كَبِيرًا
“Kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita, oleh karena Allah telah melebihkan sebahagian mereka (laki-laki) atas sebahagian yang lain (wanita), dan karena mereka (laki-laki) telah menafkahkan sebagian dari harta mereka. Sebab itu maka wanita yang saleh, ialah yang ta`at kepada Allah lagi memelihara diri ketika suaminya tidak ada, oleh karena Allah telah memelihara (mereka). Wanita-wanita yang kamu khawatirkan nusyuznya, maka nasehatilah mereka dan pisahkanlah mereka di tempat tidur mereka, dan pukullah mereka. Kemudian jika mereka menta`atimu, maka janganlah kamu mencari-cari jalan untuk menyusahkannya. Sesungguhnya Allah Maha Tinggi lagi Maha Besar”. (QS. An-Nisa`: 34)
Kata qonitat, Sufyan Ats-Tsaury -rahimahullah- berkata tentangnya, “Yakni wanita-wanita yang mentaati Allah dan mentaati suami-suami mereka”. (Riwayat Ibnu Jarir dalam tafsirnya: 5/38 dengan sanad yang shahih)
Dan Imam Qotadah bin Di’amah berkata menafsirkan “hafizhotun …”, “Wanita-wanita yang menjaga hak-hak Allah yang Allah bebankan atas mereka serta wanita-wanita yang menjaga (dirinya) ketika suaminya tidak ada di sisinya”.(Riwayat Ibnu Jarir: 5/39 dengan sanad yang shahih)

Karenanya pula dilarang menikah dengan orang yang yang tidak menjaga kehormatannya, yang jika pasangannya tidak ada di sisinya dia tidak bisa menjaga kehormatannya, semacam pezina (lelaki dan wanita) atau wanita yang memiliki PIL (pria idaman lain) dan sebaliknya. Imam Al-Hasan Al-Bashry -rahimahullah- berkata:
لاَ تَحِلُّ مُسَافَحَةٌ وَلاَ ذَاتُ خَدَنٍ لِمُسْلِمٍ
“Tidak halal bagi seorang muslim (untuk menikahi) al-musafahah (pezina) dan dzati khadanin (PIL/TTM).” (Riwayat Said bin Manshur dalam Sunannya: 5/8 dengan sanad yang shahih)
Abdullah bin ‘Amr bin Al-’Ash -radhiallahu ‘anhuma- berkata:
أَنَّ أَبَا مَرْثَدِ الْغَنَوِي رَضِيَ اللهُ عَنْهُ جَاءَ إِلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَسْتَأْذِنُهُ أَنْ يَنْكِحَ اِمْرَأَةً بَغِيًّا كَانَتْ صَدِيْقَتَهُ فِيْ الْجَاهِلِيَّةِ تُدْعَى عَنَاقُ. فَسَكَتَ عَنْهُ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ, فَنَزَلَ قَوْلُ اللهِ تَعَالَى: ((اَلزَّانِيَةُ لاَ يَنْكِحُهَا إِلاَ زَانٍ أَوْ مُشْرِكٌ)). فَدَعَاهُ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَرَأَهَا عَلَيْهِ، وَقَالَ لَهُ: ((لاَ تَنْكِحْهَا))
“Sesungguhnya Abu Martsad Al-Ghanawy -radhiallahu ‘anhu- datang menemui Nabi -Shallallahu ‘alaihi wasallam- meminta izin kepada beliau untuk menikahi seorang wanita pezina yang dulunya wanita itu adalah temannya saat jahiliyah yang bernama ‘Anaq. Maka Nabi -Shallallahu ‘alaihi wasallam- diam lalu turunlah firman Allah -Ta’ala-, “Pezina wanita, tidak ada yang boleh menikahinya kecuali pezina laki-laki atau musyrik laki-laki.” (QS. An-Nur: 3). Maka Nabi -Shallallahu ‘alaihi wasallam- memanggilnya lalu membacakan ayat itu kepadanya dan beliau bersabda, “Jangan kamu nikahi dia”. (HR. Imam Empat kecuali Ibnu Majah dengan sanad yang hasan)
Demikian pula dibenci menikahi orang yang fasik atau ahli bid’ah, berdasarkan keumuman sabda Nabi -Shallallahu ‘alaihi wasallam- dalam hadits Abu Hurairah di atas.

b. Subur lagi penyayang, karenanya dibenci menikah dengan lelaki atau wanita yang mandul. Dari hadits Ma’qil bin Yasar -radhiallahu ‘anhu-, beliau berkata:
جَاءَ رَجُلٌ إِلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ, فَقََالَ: إِنِّيْ أَحْبَبْتُ امْرَأَةً ذَاتَ حَسَبٍ وَجَمَالٍ، وَإِنَّهَا لاَ تَلِدُ، أَفَأَتَزَوَّجُهَا؟ قَالَ: ((لاَ)). ثَمَّ أَتَاَهُ الثَّانِيَةَ فَنَهَاهُ، ثُمَّ أَتَاهُ الثَّالِثَةَ، فَقَالَ: ((تَزَوَّجُوْا الْوَدُوْدَ الْوَلُوْدَ، فَإِنَّيْ مُكَاثِرٌ بِكُمُ الْأُمَمُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ)).
“Pernah datang seorang lelaki kepada Nabi -Shallallahu ‘alaihi wasallam- lalu berkata, “Saya menyenangi seorang wanita yang memiliki keturunan yang baik lagi cantik hanya saja dia tidak melahirkan (mandul), apakah saya boleh menikahinya?”, beliau menjawab, “Tidak boleh”. Kemudian orang ini datang untuk kedua kalinya kepada beliau (menanyakan soal yang sama) maka beliau melarangnya. Kemudian dia datang untuk ketiga kalinya, maka beliau bersabda, “Nikahilah wanita-wanita yang penyayang lagi subur, karena sesungguhnya saya berbangga dengan banyaknya jumlah kalian pada hari kiamat”. (HR. Abu Daud no. 2050 dan An-Nasai: 6/65)
An-Nasa`i -rahimahullah- memberikan judul bab untuk hadits ini dengan ucapannya, “Bab: Makruhnya menikahi orang yang mandul”.

c. Masih perawan. Hal ini berdasarkan Jabir bin ‘Abdillah -radhiallahu ‘anhu- bahwasanya Nabi -Shallallahu ‘alaihi wasallam- bertanya kepadanya, “Wanita apa yang kamu nikahi?”, maka dia menjawab, “Saya menikahi seorang janda”, maka Nabi -Shallallahu ‘alaihi wasallam- bersabda:
فَهَلاَّ جَارِيَةً تُلاَعِبُهَا وَتُلاَعِبُكَ
“Tidakkah kamu menikahi wanita yang perawan?! Yang kamu bisa bermain dengannya dan dia bisa bermain denganmu?!” (HR. Al-Bukhari: 3/240 dan Muslim no. 2/1078)

Sumber: http://al-atsariyyah.com/?p=1854
read more - Mencari & Memilih Jodoh

Adab-Adab Berbicara Bagi Wanita Muslimah

Wahai saudariku muslimah………

1) Berhati-hatilah dari terlalu banyak berceloteh dan terlalu banyak berbicara, Allah Ta’ala berfirman:

” لا خير في كثير من نجواهم إلا من أمر بصدقة أو معروف أو إصلاح بين الناس ” (النساء: الآية 114).

Artinya:

“Dan tidak ada kebaikan pada kebanyakan bisikan-bisikan mereka, kecuali bisikan-bisikan dari orang yang menyuruh (manusia) memberi sedekah, atau berbuat ma’ruf, atau mengadakan perdamaian diantara manusia “. (An nisa:114)

Dan ketahuilah wahai saudariku,semoga Allah ta’ala merahmatimu dan menunjukimu kepada jalan kebaikan, bahwa disana ada yang senantiasa mengamati dan mencatat perkataanmu.

“عن اليمين وعن الشمال قعيد. ما يلفظ من قولٍ إلا لديه رقيب عتيد ” (ق: الآية 17-18)

Artinya:

“Seorang duduk disebelah kanan,dan yang lain duduk disebelah kiri.tiada satu ucapanpun yang diucapkan melainkan ada didekatnya malaikat pengawas yang selalu hadir” (Qaaf:17-18).

Maka jadikanlah ucapanmu itu menjadi perkataan yang ringkas, jelas yang tidak bertele-tele yang dengannya akan memperpanjang pembicaraan.

1) Bacalah Al qur’an karim dan bersemangatlah untuk menjadikan itu sebagai wirid keseharianmu, dan senantiasalah berusaha untuk menghafalkannya sesuai kesanggupanmu agar engkau bisa mendapatkan pahala yang besar dihari kiamat nanti.

عن عبد الله بن عمرو رضي الله عنهما- عن النبي صلى الله عليه وسلم قال: ” يقال لصاحب القرآن: اقرأ وارتق ورتّل كما كنت ترتّل في الدنيا فإن منزلتك عند آخر آية تقرؤها رواه أبو داود والترمذي

Dari abdullah bin ‘umar radiyallohu ‘anhu, dari Nabi Shallallahu Alaihi wa aalihi wasallam, beliau bersabda:

dikatakan pada orang yang senang membaca alqur’an: bacalah dengan tartil sebagaimana engkau dulu sewaktu di dunia membacanya dengan tartil, karena sesungguhnya kedudukanmu adalah pada akhir ayat yang engkau baca.

HR.abu daud dan attirmidzi

2) Tidaklah terpuji jika engkau selalu menyampaikan setiap apa yang engkau dengarkan, karena kebiasaan ini akan menjatuhkan dirimu kedalam kedustaan.

عن أبي هريرة رضي الله عنه أن النبي صلى الله عليه وسلم قال: ” كفى بالمرء كذباً أن يتحدّث بكل ما سمع “

Dari Abu hurairah radiallahu ‘anhu,sesungguhnya Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Cukuplah seseorang itu dikatakan sebagai pendusta ketika dia menyampaikan setiap apa yang dia dengarkan.”

(HR.Muslim dan Abu Dawud)

3) jauhilah dari sikap menyombongkan diri (berhias diri) dengan sesuatu yang tidak ada pada dirimu, dengan tujuan membanggakan diri dihadapan manusia.

عن عائشة – رضي الله عنها- أن امرأة قالت: يا رسول الله، أقول إن زوجي أعطاني ما لم يعطني؟ قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: ” المتشبّع بما لم يُعط كلابس ثوبي زور “.

Dari aisyah radiyallohu ‘anha, ada seorang wanita yang mengatakan:wahai Rasulullah, aku mengatakan bahwa suamiku memberikan sesuatu kepadaku yang sebenarnya tidak diberikannya.berkata Rasulullah Shallallahu Alaihi wa aalihi wasallam,: orang yang merasa memiliki sesuatu yang ia tidak diberi, seperti orang yang memakai dua pakaian kedustaan.” (muttafaq alaihi)

4) Sesungguhnya dzikrullah memberikan pengaruh yang kuat didalam kehidupan ruh seorang muslim, kejiwaannya, jasmaninya dan kehidupan masyarakatnya. maka bersemangatlah wahai saudariku muslimah untuk senantiasa berdzikir kepada Allah ta’ala, disetiap waktu dan keadaanmu. Allah ta’ala memuji hamba-hambanya yang mukhlis dalam firman-Nya:

” الذين يذكرون الله قياماً وقعوداً وعلى جنوبهم… ” (آل عمران: الآية 191).

Artinya:

“(yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadaan berbaring…” (Ali imran:191).

5) Jika engkau hendak berbicara,maka jauhilah sifat merasa kagum dengan diri sendiri, sok fasih dan terlalu memaksakan diri dalam bertutur kata, sebab ini merupakan sifat yang sangat dibenci Rasulullah Shallallahu Alaihi wa aalihi wasallam, dimana Beliau bersabda:

” وإن أبغضكم إليّ وأبعدكم مني مجلساً يوم القيامة الثرثارون والمتشدقون والمتفيهقون “.

“sesungguhnya orang yang paling aku benci diantara kalian dan yang paling jauh majelisnya dariku pada hari kiamat : orang yang berlebihan dalam berbicara, sok fasih dengan ucapannya dan merasa ta’ajjub terhadap ucapannya.”

(HR.Tirmidzi,Ibnu Hibban dan yang lainnya dari hadits Abu Tsa’labah Al-Khusyani radhiallahu anhu)

6) Jauhilah dari terlalu banyak tertawa,terlalu banyak berbicara dan berceloteh.jadikanlah Rasulullah Shallallahu Alaihi wa aalihi wasallam, sebagai teladan bagimu, dimana beliau lebih banyak diam dan banyak berfikir beliau Shallallahu Alaihi wa aalihi wasallam, menjauhkan diri dari terlalu banyak tertawa dan menyibukkan diri dengannya.bahkan jadikanlah setiap apa yang engkau ucapkan itu adalah perkataan yang mengandung kebaikan, dan jika tidak, maka diam itu lebih utama bagimu. Rasulullah Shallallahu Alaihi wa aalihi wasallam, bersabda:

” من كان يؤمن بالله واليوم الآخر فليقل خيراً أو ليصمت “.

” Barang siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir,maka hendaknya dia berkata dengan perkataan yang baik,atau hendaknya dia diam.”

(muttafaq alaihi dari hadits Abu Hurairah radhiallahu anhu)

8) jangan kalian memotong pembicaraan seseorang yang sedang berbicara atau membantahnya, atau meremehkan ucapannya. Bahkan jadilah pendengar yang baik dan itu lebih beradab bagimu, dan ketika harus membantahnya, maka jadikanlah bantahanmu dengan cara yang paling baik sebagai syi’ar kepribadianmu.

9) berhati-hatilah dari suka mengolok-olok terhadap cara berbicara orang lain, seperti orang yang terbata-bata dalam berbicara atau seseorang yang kesulitan berbicara.Alah Ta’ala berfirman:

” يا أيها الذين آمنوا لا يسخر قوم من قوم عسى أن يكونوا خيراً منهم ولا نساء من نساء عسى أن يكن خيراً منهن ” (الحجرات: الآية 11).

“Hai orang-orang yang beriman, janganlah sekumpulan orang laki-laki merendahkan kumpulan yang lain, boleh jadi yang ditertawakan itu lebih baik dari mereka. Dan jangan pula sekumpulan perempuan merendahkan kumpulan lainnya, boleh jadi yang direndahkan itu lebih baik.”

(QS.Al-Hujurat:11)

10) jika engkau mendengarkan bacaan Alqur’an, maka berhentilah dari berbicara, apapun yang engkau bicarakan, karena itu merupakan adab terhadap kalamullah dan juga sesuai dengan perintah-Nya, didalam firman-Nya:

: ” وإذا قرىء القرآن فاستمعوا له وأنصتوا لعلكم ترحمون ” (الأعراف: الآية 204).

Artinya: “dan apabila dibacakan Alqur’an,maka dengarkanlah dengan baik dan perhatikanlah dengan tenang agar kalian diberi rahmat”. Qs.al a’raf :204

11) bertakwalah kepada Allah wahai saudariku muslimah,bersihkanlah majelismu dari ghibah dan namimah (adu domba) sebagaimana yang Allah ‘azza wajalla perintahkan kepadamu untuk menjauhinya. bersemangatlah engkau untuk menjadikan didalam majelismu itu adalah perkataan-perkataan yang baik,dalam rangka menasehati,dan petunjuk kepada kebaikan. perkataan itu adalah sebuah perkara yang besar, berapa banyak dari perkataan seseorang yang dapat menyebabkan kemarahan dari Allah ‘azza wajalla dan menjatuhkan pelakunya kedalam jurang neraka. Didalam hadits Mu’adz radhiallahu anhu tatkala Beliau bertanya kepada Nabi Shallallahu Alaihi wa aalihi wasallam: apakah kami akan disiksa dengan apa yang kami ucapkan? Maka jawab Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam bersabda:

” ثكلتك أمك يا معاذ. وهل يكبّ الناس في النار على وجوههم إلا حصائدُ ألسنتهم ” ( رواه الترمذي).

“engkau telah keliru wahai Mu’adz, tidaklah manusia dilemparkan ke Neraka diatas wajah-wajah mereka melainkan disebabkan oleh ucapan-ucapan mereka.”

(HR.Tirmidzi,An-Nasaai dan Ibnu Majah)

12- berhati-hatilah -semoga Allah menjagamu- dari menghadiri majelis yang buruk dan berbaur dengan para pelakunya, dan bersegeralah-semoga Allah menjagamu- menuju majelis yang penuh dengan keutamaan, kebaikan dan keberuntungan.

13- jika engkau duduk sendiri dalam suatu majelis, atau bersama dengan sebagian saudarimu, maka senantiasalah untuk berdzikir mengingat Allah ‘azza wajalla dalam setiap keadaanmu sehingga engkau kembali dalam keadaan mendapatkan kebaikan dan mendapatkan pahala. Allah ‘azza wajalla berfirman:

” الذين يذكرون الله قياماً وقعوداً وعلى جنوبهم “. (آل عمران: الآية 191)

Artinya: “(yaitu) orang – orang yang mengingat Allah sambil berdiri,atau duduk,atau dalam keadaan berbaring” (QS..ali ‘imran :191)

14- jika engkau hendak berdiri keluar dari majelis, maka ingatlah untuk selalu mengucapkan:

” سبحانك الله وبحمدك أشهد أن لا إله إلا أنت، أستغفرك وأتوب إليك “.

“maha suci Engkau ya Allah dan bagimu segala pujian,aku bersaksi bahwa tidak ada Ilah yang berhak untuk disembah kecuali Engkau, aku memohon ampun kepada-Mu, dan aku bertaubat kepada-Mu”

Sehingga diampuni bagimu segala kesalahanmu di dalam majelis tersebut.

Ditulis oleh: Haya Bintu Mubarak Al-Buraik

Dari kitab: mausu’ah al-mar’ah al-muslimah: 31-34

Alih bahasa : Ummu Aiman

Sumber: http://www.salafybpp.com/index.php?option=com_content&view=article&id=68:adab-adab-berbicara-bagi-wanita-muslimah&catid=28:muslimah&Itemid=54
read more - Adab-Adab Berbicara Bagi Wanita Muslimah

Menyambut Bulan Ramadhan, Hati-hati Ritual Anehnya

Tiba saatnya kaum muslimim menyambut tamu agung bulan Ramadhan, tamu yang dinanti-nanti dan dirindukan kedatangannya. Sebentar lagi tamu itu akan bertemu dengan kita. Tamu yang membawa berkah yang berlimpah ruah. Tamu bulan Ramadhan adalah tamu agung, yang semestinya kita bergembira dengan kedatangannya dan merpersiapkan untuk menyambutnya.

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

قُلْ بِفَضْلِ اللَّهِ وَبِرَحْمَتِهِ فَبِذَلِكَ فَلْيَفْرَحُوا هُوَ خَيْرٌ مِمَّا يَجْمَعُونَ (58) [يونس/58]

“Sampaikanlah (wahai Nabi Muhammad), dengan karunia Allah dan rahmat-Nya, hendaknya dengan itu mereka bergembira. Karunia Allah dan rahmat-Nya itu adalah lebih baik dari apa mereka yang kumpulkan (dari harta benda). (Yunus: 58)

Yang dimaksud dengan “karunia Allah” pada ayat di atas adalah Al-Qur’anul Karim (Lihat Tafsir As Sa’di).

Bulan Ramadhan dinamakan juga dengan Syahrul Qur’an (Bulan Al Qur’an). Karena Al-Qur’an diturunkan pada bulan tersebut dan pada setiap malamnya Malaikat Jibril datang kepada Rasulullah Shallallahu ‘alahi wa Sallam untuk mengajari Al-Qur’an kepada beliau. Bulan Ramadhan dengan segala keberkahannya merupakan rahmat dari Allah. Karunia Allah dan rahmat-Nya itu lebih baik dan lebih berharga dari segala perhiasan dunia.

‘Ulama Ahli Tafsir terkemuka Al-Imam As-Sa’di rahimahullah berkata dalam tafsirnya: “Bahwasannya Allah memerintahkan untuk bergembira atas karunia Allah dan rahmat-Nya karena itu akan melapangkan jiwa, menumbuhkan semangat, mewujudkan rasa syukur kepada Allah, dan akan mengokohkan jiwa, serta menguatkan keinginan dalam berilmu dan beriman, yang mendorang semakin bertambahnya karunia dan rahmat (dari Allah). Ini adalah kegembiraan yang terpuji. Berbeda halnya dengan gembira karena syahwat duniawi dan kelezatannya atau gembira diatas kebatilan, maka itu adalah kegimbiraan yang tercela. Sebagaimana Allah berfirman tentang Qarun,

“Janganlah kamu terlalu bangga, karena Allah tidak menyukai orang-orang yang membanggakan diri.” (Al Qashash: 76)

Karunia dan rahmat Allah berupa bulan Ramadhan juga patut untuk kita sampaikan dan kita sebarkan kepada saudara-saudara kita kaum muslimin. Agar mereka menyadarinya dan turut bergembira atas limpahan karunia dan rahmat dari Allah. Allah berfirman :

وَأَمَّا بِنِعْمَةِ رَبِّكَ فَحَدِّثْ (11)

“Dan terhadap nikmat dari Rabb-Mu hendaklah kamu menyebut-nyebutnya.” Adh-Dhuha: 11)

Dengan menyebut-nyebut nikmat Allah akan mendorong untuk mensyukurinya dan menumbuhkan kecintaan kepada Dzat yang melimpahkan nikmat atasnya. Karena hati itu selalu condong untuk mencintai siapa yang telah berbuat baik kepadanya.

Para pembaca yang mulia, ….

Maka sudah sepantasnya seorang muslim benar-benar menyiapkan diri untuk menyambut bulan yang penuh barakah itu, yaitu menyiapkan iman, niat ikhlash, dan hati yang bersih, di samping persiapan fisik.

Ramadhan adalan bulan suci yang penuh rahmat dan barakah. Allah Subhanahu wa Ta’ala membuka pintu-pintu Al-Jannah (surga), menutup pintu-pintu neraka, dan membelenggu syaithan. Allah ‘Azza wa Jalla melipat gandakan amalan shalih yang tidak diketahui kecuali oleh Dia sendiri. Barangsiapa yang menyambutnya dengan sungguh-sungguh, bershaum degan penuh keimanan dan memperbanyak amalan shalih, serta menjaga diri dari perbuatan-perbuatan yang bisa merusak ibadah shaumnya, niscaya Allah ‘Azza wa Jalla akan mengampuni dosa-dosanya dan akan melipatkan gandakan pahalanya. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam berabda:

مَنْ صَامَ رَمَضَانَ إِيْمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبٍ

“Barang siapa yang bershaum dengan penuh keimanan dan harapan (pahala dari Allah), niscaya Allah mengampuni dosa-dosa yang telah lampau.” (Muttafaqun ‘alahi)

Rasulullah Shallallahu ‘alahi wa Sallam juga bersabda :

كُلُّ عَمَلِ ابْنِ آدَمَ يُضَاعَفُ الْحَسَنَةُ عَشْرُ أَمْثَالِهَا إِلَى سَبْعمِائَة ضِعْفٍ قَالَ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ إِلَّا الصَّوْمَ فَإِنَّهُ لِي وَأَنَا أَجْزِي بِهِ

“Setiap amalan bani Adam akan dilipat gandakan sepuluh kali lipat sampai tujuh ratus kali lipat, Allah I berfirman: “kecuali ibadah shaum, shaum itu ibadah untuk-Ku dan Aku sendiri yang membalasnya.” (HR. Muslim)

Masih banyak lagi keutamaan dan keberkahan bulan Ramadhan yang belum disebutkan dan tidak cukup untuk disebutkan di sini.

Namun yang terpenting bagi saudara-saudaraku seiman, adalah mensyukuri atas limpahan karunia Allah dan rahmat-Nya. Janganlah nikmat yang besar ini kita nodai dan kita kotori dengan berbagai penyimpangan dan kemaksiatan. Nikmat itu akan semakin bertambah bila kita pandai mensyukurinya dan nikmat itu akan semakin berkurang bahkan bisa sirna bila kita mengkufurinya.

Termasuk sebagai bentuk rasa syukur kita kepada Allah, pada bulan yang penuh barakah ini kita ciptakan suasa yang penuh kondusif. Jangan kita nodai dengan perpecahan. Kewajiban kita seorang muslim mengembalikan segala urusan kepada Allah dan Rasul-Nya, serta kepada para ulama bukan berdasarkan pendapat pribadi atau golongan.

Permasalah yang sering terjadi adalah perbedaan dalam menentukan awal masuknya bulan Ramadhan. Wahai saudara-saudaraku, ingatlah sikap seorang muslim adalah mengembalikan kepada Kitabullah (Al-Qur’an) dan As Sunnah dengan bimbingan para ulama yang terpercaya.

Rasulullah Shallallahu ‘alahi wa Sallam telah menetukan pelaksanaan shaum Ramadhan berdasarkan ru`yatul hilal. Beliau bersabda :

( صُومُوا لِرُؤْيَتِهِ وَأَفْطِرُوا لِرُؤْيَتِهِ فَإِنْ غُبِّيَ عَلَيْكُمْ فَأَكْمِلُوا عِدَّةَ شَعْبَانَ ثَلاَثِينَ )

“Bershaumlah kalian berdasarkan ru`yatul hilal dan ber’idul fithrilah kalian berdasarkan ru`yatul hilal. Apabila (hilal) terhalangi atas kalian, maka sempurnakanlah bilangan bulan Sya’ban menjadi 30 hari.” HR. Al-Bukhari dan Muslim

Nabi Shallallahu ‘alahi wa Sallam juga menentukan pelaksanaan shaum Ramadhan secara kebersamaan. Rasulullah Shallallahu ‘alahi wa Sallam bersabda:

اَلصَّوْمُ يَوْمَ تَصُومُونَ، وَالْفِطْرُ يَوْمَ تُفْطِرُونَ، وَاْلأَضْحَى يَوْمَ تُضَحُّونَ

“Shaum itu di hari kalian (umat Islam) bershaum, (waktu) berbuka/beriedul Fitri adalah pada saat kalian berbuka/beriedul Fitri, dan (waktu) berkurban/Iedul Adha di hari kalian berkurban.” (HR. At Tirmidzi dari shahabat Abu Hurairah)

Al-Imam At-Tirmidzi berkata: “Sebagian ahlul ilmi menafsirkan hadits Abu Hurairah di atas

dengan perkataan (mereka), ‘sesungguhnya shaum dan ber’Idul Fitri itu (dilaksanakan) bersama Al-Jama’ah (Pemerintah Muslimin) dan mayoritas umat Islam’.” (Tuhfatul Ahwadzi 2/37)

Al-Imam Ahmad bin Hanbal rahimahullah berkata: “Seseorang (hendaknya) bershaum bersama pemerintah dan jama’ah (mayoritas) umat Islam, baik ketika cuaca cerah ataupun mendung.” Beliau juga berkata: “Tangan Allah bersama Al-Jama’ah.” (Majmu’ Fatawa 25/117)

Al-Imam Abul Hasan As-Sindi berkata: “Yang jelas, makna hadits ini adalah bahwasanya perkara-perkara semacam ini (menentukan pelaksanaan shaum Ramadhan, Iedul Fithri dan Iedul Adha -pen) keputusannya bukanlah di tangan individu, dan tidak ada hak bagi mereka untuk melakukannya sendiri-sendiri. Bahkan permasalahan semacam ini dikembalikan kepada pemerintah dan mayoritas umat Islam, dan dalam hal ini setiap individu pun wajib untuk mengikuti pemerintah dan mayoritas umat Islam. Maka dari itu, jika ada seseorang yang melihat hilal (bulan sabit) namun pemerintah menolak persaksiannya, sudah sepatutnya untuk tidak dianggap persaksian tersebut dan wajib baginya untuk mengikuti mayoritas umat Islam dalam permasalahan itu.” (Ash-Shahihah 2/443)

Menaati pemerintah merupakan prinsip yang harus dijaga oleh umat Islam. Terlebih pemerintah kita telah berupaya menempatkan utusan-utusan pada pos-pos ru’yatul hilal di d berbagai daerah di segenap nusantara ini. Rasulullah e bersabda :

مَنْ أَطَاعَنِي فَقَدْ أَطَاعَ اللهَ، وَمَنْ عَصَانِي فَقَدْ عَصَى اللهَ، وَمَنْ أَطَاعَ أَمِيْرِي فَقَدْ أَطَاعَنِي، وَمَنْ عَصَى أَمِيْرِي فَقَدْ عَصَانِي

“Barangsiapa menaatiku berarti telah menaati Allah, barangsiapa menentangku berarti telah menentang Allah, barangsiapa menaati pemimpin (umat)ku berarti telah menaatiku, dan barang siapa menentang pemimpin (umat)ku berarti telah menentangku.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim, dari shahabat Abu Hurairah)

Al-Hafizh Ibnu Hajar Al-Asqalani berkata: “Di dalam hadits ini terdapat keterangan tentang kewajiban menaati para pemerintah dalam perkara-perkara yang bukan kemaksiatan. Adapun hikmahnya adalah untuk menjaga persatuan dan kebersamaan (umat Islam), karena di dalam perpecahan terdapat kerusakan.” (Fathul Bari, 13/120).

Sebagai rasa syukur kita kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala pula hendaklah kita hidupkan bulan yang penuh barakah itu dengan amalan-amalan shalih, amalan-amalan yang ikhlash dan mencocoki sunnah Rasulullah. Kita menjauhkan dari amalan-amalan yang tidak ada contoh dari Rasulullah. Karena Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam telah berwasiat :

من أحدث في أمرنا هذا ما ليس منه فهو رد

“Barangsiapa yang membuat-buat amalan baru dalam agama kami yang bukan bagian darinya, maka perbuatannya tersebut tertolak.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim)

Beliau Shallallahu ‘alaihi wa Sallam juga bersabda :

من عمل عملا ليس عليه أمرنا فهو رد

“Barangsiapa yang mengamalkan suatu amalan yang tidak ada contoh dari kami, maka amalannya tersebut tertolak.” (HR. Muslim)

Para ‘ulama berkata : “Bahwa hadits merupakan kaidah agung di antara kaidah-kaidah Islam. Ini merupakan salah satu bentuk jawami’ kalim (kalimat singkat namun bermakna luas) yang dimiliki oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam. Hadits ini sangat jelas dalam membatalkan semua bentuk bid’ah dan hal-hal baru yang dibuat dalam agama. Lafazh kedua lebih bersifat umum, karena mencakup semua orang yang mengamalkan bid’ah, walaupun pembuatnya orang lain.”

Termasuk perbuatan yang tidak pernah dicontohkan oleh Nabi Shallallahu ‘alaihi wa Sallam adalah perbuatan yang banyak dilakukan oleh kaum muslimin dalam menyambut bulan Ramadhan dengan amalan atau ritual tertentu, di antaranya :

1. Apa yang dikenal dengan acara Padusan. Yaitu mandi bersama-sama dengan masih mengenakan busana, terkadang ada yang memimpin di suatu sungai, atau sumber air, atau telaga. Dengan niat mandi besar, dalam rangka membersihkan jiwa dan raga sebelum memasuki bulan suci Ramadhan. Sampai-sampai ada di antara muslimin yang berkeyakinan Kalau sekali saja terlewat dari ritual ini, rasanya ada yang kurang meski sudah menjalankan puasa. Jelas perbuatan ini tidak pernah diajarkan dan tidak pernah diterapkan oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam. Demikian juga para shahabat, para salafus shalih, dan para ‘ulama yang mulia tidak ada yang mengamalkan atau menganjurkan amaliah tersebut. Sehingga kaum muslimin tidak boleh melakukan ritual ini.

Belum lagi, dalam ritual Padusan ini, banyak terjadi kemungkaran. Ya, jelas-jelas mandi bersama antara laki-laki dan perempuan. Jelas ini merupakan kemungkaran yang sama sekali bukan bagian dari ajaran Islam.

2. Nyekar di kuburan leluhur.

Tak jarang dari kaum muslimin, menjelang Ramadhan tiba datang ke pemakaman. Dalam Islam ada tuntunan ziarah kubur, yang disyari’atkan agar kaum muslimin ingat bahwa dirinya juga akan mati menyusul saudara-saudaranya yang telah meninggal dunia lebih dahulu, sehingga dia pun harus mempersiapkan dirinya dengan iman dan amal shalih. Namun ziarah kubur, yang diistilahkan oleh orang jawa dengan nyekar, yang dikhususkan untuk menyambut Ramadhan tidak ada tuntunannya dalam syari’at Islam. Apalagi mengkhusukan nyekar di kuburan leluhur. Ini adalah perkara baru dalam agama. Tak jarang dalam ziarah kubur tercampur dengan kemungkaran. Yaitu sang peziarah malah berdoa kepada penghuni kubur, meminta-minta pada orang yang sudah mati, atau ngalap berkah dari tanah kuburan! Ini merupakan perbuatan syirik!

3. Minta ma’af kepada sesama menjelang datangnya Ramadhan.

Dengan alasan agar menghadapi bulan Ramadhan dengan hati yang bersih, sudah terhapus beban dosa terhadap sesama. Bahkan di sebagian kalangan diyakini sebagai syarat agar puasanya sempurna.

Tidak diragukan, bahwa meminta ma’af kepada sesama adalah sesuatu yang dituntunkan dalam agama, meningat manusia adalah tempat salah dan lupa. Meminta ma’af di sini umum sifatnya, bahkan setiap saat harus kita lakukan jika kita berbuat salah kepada sesama, tidak terkait dengan waktu atau acara tertentu. Mengkaitkan permintaan ma’af dengan Ramadhan, atau dijadikan termasuk cara untuk menyambut Ramadhan, maka jelas ini membuat hal baru dalam agama. Amaliah ini bukan bagian dari tuntunan syari’at Islam.

Itulah beberapa contoh amalan yang tidak ada tuntunan dalam syari’at yang dijadikan acara dalam menyambut bulan Ramadhan. Sayangnya, amaliah tersebut banyak tersebar di kalangan kaum muslimin.

Semestinya dalam menyambut Ramadhan Mubarak ini kita mempersiapkan iman dan niat ikhlash kita. Hendaknya kita berniat untuk benar-benar mengisi Ramadhan ini dengan meningkatkan ibadah dan amal shalih. Baik puasa itu sendiri, memperbaiki kualitas ibadah shalat kita, berjama’ah di masjid, qiyamul lail (shalat tarawih), tilawatul qur’an, memperbanyak dzikir, shadaqah, dan berbagai amal shalih lainnya.

Tentunya itu semua butuh iman dan niat yang ikhlash, disamping butuh ilmu tentang bagaimana tuntunan Nabi kita Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa Sallam dalam melaksanakan berbagai amal shalih tersebut. agar amal kita menjadi amal yang diterima oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Juga perlu adanya kesiapan fisik, agar tubuh kita benar-benar sehat sehingga bisa menjalankan berbagai ibadah dan amal shalih pada bulan Ramadhan dengan lancar.

Puncak dari itu semua adalah semoga puasa dan semua amal ibadah kita pada bulan Ramadhan ini benar-benar bisa mengantarkan kita pada derajat taqwa di sisi Allah ‘Azza wa Jalla.

Jangan sampai kita termasuk orang-orang yang gagal dalam Ramadhan ini. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam bersabda :

رب صائم ليس له من صيامه إلا الجوع، ورب قائم ليس له من قيامه إلا السهر

“Berapa banyak orang yang berpuasa, namun tidak ada yang ia dapatkan dari puasanya kecuali rasa lapar saja. Dan berapa banyak orang menegakkan ibadah malam hari, namun tidak ada yang ia dapatkan kecuali hanya begadang saja.” (HR. Ibu Majah)

Juga beliau Shallallahu ‘alaihi wa Sallam bersabda :

إن جبريل عليه السلام أتاني فقال من أدرك شهر رمضان فلم يغفر له فدخل النار فأبعده الله قل آمين فقلت آمين

“Sesungguhnya Jibril ‘alaihis salam mendatangiku, dia berkata : ‘Barangsiap yang mendapati bulan Ramadhan namun tidak menyebakan dosanya diampuni dia akan masuk neraka dan Allah jauhkan dia. Katakan amin (wahai Muhammad). Maka aku pun berkata : Amin.” (HR. Ibnu Khuzaimah dan Ahmad)

Semoga kita termasuk orang yang mendapat keutamaan dan fadhilah dalam bulan Ramadhan ini. Semoga Allah menyatukan hati-hati kita di atas Islam dan Iman. Dan semoga Allah menjadikan bulan Ramadhan ini sebagai jembatan menuju keridhaan Allah ‘Azza wa Jallah dan meraih ketaqwaan kepada-Nya.

Wallähu a’lam..

(Sumber http://www.assalafy.org/mahad/?p=340&print=1)
read more - Menyambut Bulan Ramadhan, Hati-hati Ritual Anehnya

Hukum Jual beli Tokek

Bismillah, washalatu wassalam ‘ala rasulillah wa ‘ala aalihi washahbihi ajma’in.

Akhir-akhir ini budidaya jual beli tokek (baca: cicak besar) yang bernilai ratusan juta rupiah sedang ramai-ramainya diperbincangkan di kalangan publik. Beritanya tokek ini diyakini sebagai obat alternatif menyembuhkan penyakit HIV AIDS. Sekilas bila dipandang budidaya jual beli tokek ini cukup menjanjikan bagi pebisnisnya. Bayangkan dalam waktu singkat dapat menghasilkan ratusan juta rupiah dan kaya mendadak. Namun ironinya, jarang sekali yang mempertanyakan tentang hukum syari’atnya. Tentunya bagi seorang muslim sudah selayaknya mempertanyakan sesuatu yang ia tidak memiliki ilmu (pengetahuan) tentangnya. Terlebih lagi khususnya dalam bab mu’amalah jual beli. Bisnis jual beli tokek telah merebak di kalangan publik, lantas bagaimanakah pandangan syari’at dalam bisnis jual beli tokek ini?

Para ulama tidak memperbolehkan bisnis jual beli tokek ini ; seperti yang dikemukakan di dalam madzhab Al Hanafiyyah, mereka sepakat bahwa jual beli seperti ular, kalajengking dan cicak/tokek tidak diperbolehkan (Badai’ Ash Shanai’ fii Tartiibi Asy Syara-i’ 11/99), (Tabyiin Al Haqa-iq Syarah Kanzud Daqa-iq 10/452)

Demikian pula madzhab Asy Syafi’iyyah mengemukakan bahwa ; “Tidak boleh membeli dan menjual (tokek). Dan tidak ada harganya bagi orang yang membunuhnya, karena (tokek itu) tidak ada makna (kandungan) manfaatnya baik ketika ia hidup ataupun dibunuh. Adapun harganya seperti memakan harta yang batil”. (Al Haawi fii Fiqhi Asy Syafi’i Al Ma-wardi (Jilid 5/ hal 381)

Bahkan Nabi menganjurkan untuk membunuh cicak, sebagaimana yang datang dalam hadits Abu Hurairah radhiyallahu’anhu berkata, Rasulullah saw bersabda :

من قتل وزغًا فى أول ضربة كتبت له مائة حسنة ومن قتلها فى الضربة الثانية فله كذا وكذا حسنة لدون الأولى وإن قتلها فى الضربة الثالثة فله كذا وكذا حسنة لدون الثانية .

“Barang siapa yang membunuh cicak dengan sekali pukul, maka ia mendapatkan pahala seratus kebaikan, dan bila ia membunuhnya pada pukulan kedua, maka ia mendapatkan pahala kurang dari itu, dan bila pada pukulan ketiga, maka ia mendapatkan pahala kurang dari itu.”

(HR. Ahmad 2/355, no 8644, Muslim 4/1758, no 2240, Abu Dawud 4/366, no 5263, Tirmidzi 4/76, no 1482, dan ia (Tirmidzi) mengatakan : Hasan shohih. Ibnu Majah 2/1076, no 3229, dan di riwayatkan juga oleh Al Baihaqi 2/267 no 3254)

Berkata An Nawawi : Hadits ini mengandung anjuran untuk bersegera membunuh (cicak), memberikan perhatian padanya, dan semangat untuk membunuhnya pada pukulan pertama, karena jika ia ingin memukulnya dengan beberapa pukulan terkadang pukulan-pukulan tadi menghalau kematiannya (secara cepat). (Syarah Muslim 14/236)

Dan diriwayatkan dari ‘Aamir bin Sa’ad dari ayahnya bahwasanya Nabi shallallahu’alaihi wasallam memerintahkan untuk membunuh cicak dan menamainya dengan Fuwaisiqa”. (HR. Muslim (7/42) 5981, dan Abu Daud (2/788) 5262).

Berkata Syaikh Al ‘Utsaimin rahimahullah : “Walhasil, Nabi shallallahu’alahi wasallam menyuruh untuk membunuh cicak, dan beliau (Nabi shallallahu’alaihi wasallam) bersabda : “Sesungguhnya Dahulu cicak itu meniup-niup (api agar semakin berkobar membakar-pen) nabi Ibrahim ‘alaihissalam”. Maha Suci Allah! Serangga yang lemah ini mampu meniup-niup api atas ibrahim! Oleh karena itu kita membunuhnya berdasarkan perintah Allah Ta’ala dan dalam rangka memberikan pertolongan kepada bapak kita Ibrahim ‘alaihissholatu wassalam, karena (cicak tersebut) meniup-niup api atas (nabi Ibrahim). (Liqa-ul Babil Maftuuh) kaset no 218 Side 1).

Perkataan Para Ulama Tentang Membunuh Cicak (Tokek)

Berkata Abu Umar bin Abdil Bar : “Para ulama telah sepakat tentang bolehnya membunuh tikus di tanah halal dan haram (kota suci Makkah), kalajengking dan cicak”. (Al Istidzkar 4/156, Fathul Bari 4/41)

Menurut madzhab Al Hanafiyah : “Boleh membunuh cicak, dan tidak mengapa padanya”. (Al Hidayah 1/165, Al Lubab fii Syarhil Kitab 1/104)

Menurut madzhab Syafi’iyyah dan Hanabilah : “bahwasanya dianjurkan untuk membunuh (cicak) di tanah halal dan haram”. (Al Majmu’ 7/315, Al Inshaf 6/225, Al Muhalla 7/239)

Dan ini merupakan madzhab ‘Aisyah dan datang dari jalan Waki’, berkata Ibrahim bin Naafi’ ; Aku bertanya kepada ‘Atho, apakah boleh membunuh cicak di negeri Al Haram? Ia berkata : tidak mengapa, dan tidak ada dari kalangan para sahabat yang menyelisihi mereka”. (Al Muhalla 7/244)

Berdasarkan penjelasan di atas menunjukkan bahwa memperjualbelikan tokek tidak diperbolehkan, karena anjuran yang datang dari Nabi shallallahu’alaihi wasallam adalah membunuhnya. Dan tidak dibedakan baik tanah halal ataupun tanah haram, baik ketika sedang berihram atau tidak.

Dan Nabi shallallahu’alaihi wasallam bersabda :

إنَّ الله إِذَا حَرَّمَ عَلَى قَوْمٍ أَكْلَ شَيءٍ حَرَّمَ عَلَيهِمْ ثَمَنَهُ

“Sesungguhnya jika Allah mengharamkan suatu kaum untuk memakan sesuatu, maka Dia akan mengharamkan harganya.” (HR. Ahmad: 1/247, 322 dan Abu Dawud no. 3488)

Inilah penjelasan singkat yang bisa kami suguhkan tentang hukum budidaya jual beli tokek. Wal ilmu ‘indallah.

Kontributor : Abu Abdirrahman Abdul Aziz

Sumber: http://atsarussalaf.wordpress.com/2010/05/12/hukum-jual-beli-tokek/
read more - Hukum Jual beli Tokek