Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh, Ahlan wa sahlan di dunia 'Baru Belajar'
love

Friday, December 3, 2010

*Nasihat Empat Tahun Yang Lalu*


Bismillah,

Kekalutan itu berawal dari masalah demi masalah yang aku alami di kampus. Persoalan-persoalan itu seperti datang beruntun menimpaku, tak mentolerir keadaanku yang demikian lemah, hingga membuatku putus asa. Saat diri ini tersibukkan dalam ranah ****** kampus. Bersamaan itu pula jiwa ini ingin berlepas diri dari segala kasak-kusuk di kampus dan jiwa ini ingin kembali ke fitrah diciptakannya manusia. Ingin mendekatkan diri sepenuhnya kepada-Mu. Namun, terasa begitu banyak beban menghimpit dari mana-mana.
Hari itu aku bertekad untuk mengutarakan semuanya ke ibuku (untuk memantapkan keputusan yang sekiranya tepat, walaupun hari Jumat lalu, keputusan telah aku ambil). Yah, aku harus segera mudik. Sabtu yang cukup cerah untuk melakukan perjalanan, tapi malangnya kereta yang aku tumpangi macet dalam waktu yang cukup lama di tengah perjalanan yang kutempuh.
Akhirnya, sore itu kakiku telah berhasil menginjak lantai rumahku yang sudah setengah bulan tak kuinjak. Bertemu ibuku dan mbakku.

Menyesuaikan diri dengan keadaan rumah sembari merencanakan langkah yang tepat untuk bisa sampai ke sasaran. Hemm, mumpung ibu sendirian di dapur, aku ajak ngobrol ringan yang bisa memancing ke arah itu dan selanjutnya bidik tepat sasaran. Kemudian muncullah saudariku. Yah, sudah kuduga, reaksi mereka akan seperti itu, masih sama seperti empat tahun yang lalu. (Mungkin kalian gak paham akan masalah yang satu ini)

Malam semakin larut, pukul 22.15. Dua orang penghuni rumah itu telah tertidur pulas, hanya aku yang masih terjaga. Di tengah keputusasaanku, kulangkahkan kaki menuju kamar tidur ibuku. Di sana, kulihat ibuku terbaring pulas di atas tempat tidur, sambil sesekali terbangun dan melirikku lalu berkata, “Turu kene a, Nduk.”
“ Nggih, mangke. Kula dereng ngantuk,” jawabku. Aku berjalan menuju meja yang ada di samping pintu kamar kemudian duduk. Tak sengaja kulihat dalam laci meja itu tempat pensil coklat usangku berhiaskan gantungan berbentuk baju kebanggaan kita, SMANSA. Kubuka perlahan isinya, dan kutemukan dua carik kertas surat yang telah lusuh.

Ini salah satunya… sengaja aku ketik untuk mengingatkan kembali.

=======================================================
Untuk akhwati fillah fil ardillah
Six-fa club

Segala puji bagi Allah, shalawat dan salam untuk Rasulullah.
Kunasihatkan untuk diriku sendiri dan kepadamu wahai saudaraku. Bertaqwalah kepada Allah yang telah menciptakan dirimu dan diriku, yang telah memberi petunjuk untuk berada di dien-Nya yang hanif. Kunasihatkan kepada diriku sendiri karena betapa kumasih sangat lemah iman-Nya, dan kunasihatkan kepada kalian karena kalian adalah saudara-saudaraku dan kumencintai kalian. “Agama itu nasihat.” (1)

Aku tak lebih baik dari kalian, aku dhaif, dan kalian pun tau siapa diriku. Marilah kita saling menasihati dalam kebaikan. Di masa sekarang ini, dimana kita berada dalam masa peralihan. Kalian tahu syubhat-syubhat dan syahwat beredar dalam tubuh kita, dimana kita terjangkiti virus-virus yang susah untuk menghindarinya. Ya, karena itu fitrah. Ada syubhat, syahwat, virus merah jambu, kakak ketemu gedhe, dan lain-lain. Maka hati-hatilah terhadap segala sesuatu yang mendatangkan syubhat dan syahwat (2).

Hati-hatilah wahai saudaraku, sungguh musuh terbesar kita adalah diri kita sendiri. Ketahuilah hati kita berada di antara dua jemari Allah, yang Dia bolak-balikkan sekehendak-Nya sedangkan kita tidak tahu apa yang akan terjadi pada diri kita nanti. Berdoalah kepada-Nya untuk selalu diistiqomahkan dalam jalan-Nya yang haq. Jangan selalu kita turuti apa yang ada dalam perasaan kita, sesungguhnya nafsu selalu menyuruh kepada kemungkaran. Jangan mengikuti hawa nafsu dan syahwat.

Seandainya di antara kita muncul perasaan kepada ikhwan ajnabi maka sibukkan dari kita kepada Allah dengan shalat, berdzikir, menghafal, membaca, dll. Jangan sampai angan-angan dan perasaan kita kosong dari itu semua karena setan masuk ke dalam jiwa-jiwa yang jauh dari mengingat Allah. Bila kita menyukai seorang ikhwan, maka jangan turuti hawa nafsu dan perasaan kita untuk melakukan hal yang lebih misal sms-an yang berlebihan, telepon2, atau yang lain yang bisa membangkitkan syahwat kita dan bisa menuju pada zina mata, hati, atau pikiran (3). Marilah kita saling nasihat-menasihati dalam kebaikan, saling mengingatkan. Bila aku bersalah, melakukan kemaksiatan ataupun melanggar syariat Allah Ta’ala, maka kewajiban kalian untuk mengingatkan. Bicaralah dengan lemah lembut dan berilah saran yang baik.

Wahai diriku dan saudariku, berhijablah kalian di depan laki-laki ajnabi (4). Sesungguhnya syariat Allah telah mewajibkan berhijab pada setiap muslimah. Ingatlah, berhijab tidak hanya diwajibkan untuk seorang ustadz, kyai, ulama, atau anak Rohis saja tetapi untuk kita semua, wanita muslimah. Allah mensyariatkan hijab karena banyak sekali manfaatnya dan karena saking sayangnya Allah dengan kita. Aku tahu, kita semua sudah punya rencana untuk berhijab dengan benar dimanapun dan kapanpun, tapi ternyata tak semudah itu. Ya, poses itu panjang. Maka berlatihlah dari sekarang. Berlatihlah berhijab untuk ke warung yang terlalu jauh, lama-lama yang dekat dan nanti kalian akan berhijab dimana saja (bila ada laki-laki ajnabi).

“Perubahan itu dimulai dari diri kita sendiri.” Maka niatkanlah untuk Allah Ta’ala. ”Barangsiapa yakin akan niat-Nya dan selalu berusaha, Insya Allah pasti bisa.” Janganlah kita mengecek dan mencaci orang yang berhijab dengan benar (sekalipun hanya bermaksud bercanda) karena sesungguh-Nya itu termasuk kafir sesudah beriman. Sesungguhnya para akhowat yang berhijab dengan benar (misal: orang yang memakai gamis gelap-gelap, orang cadaran, dll), tiada yang mereka harapkan kecuali wajah Allah. Wallahu musta’an.

Maka berhati-hatilah terhadap syariat Allah. Berpegang teguhlah kita semua terhadap tali Allah (Al Qur’an dan As Sunnah). Jauhilah syirik dan bid’ah karena setiap bid’ah itu sesat.

Wallahu a’lam bishawab.
Dari saudarimu

*********************************************************************
Tambahan dariku (red):
(1) “Agama itu adalah nasihat (sebanyak tiga kali).” Lalu beliau bersabda : “Nasihat itu bagi Allah, Kitab-Nya, Rasul-Nya, para imam kaum Muslimin, dan keseluruhan mereka.” (HR. Muslim)

(2) Sebagaimana yang telah kita ketahui bahwa senjata setan dalam menyebarkan fitnah terdiri dari dua macam: fitnah syubhat dan fitnah syahwat, di mana fitnah syubhat adalah yang terbesar. Terkadang kedua fitnah ini dapat bercokol pada diri seorang hamba dan terkadang pula salah satunya.
Adapun fitnah syubhat disebabkan karena lemahnya wawasan dan dangkalnya ilmu dien (agama). Terlebih lagi jika dibarengi adanya maksud jelek, munculnya hawa nafsu, sehingga yang menjadi hakim adalah hawa nafsu, dan bukan petunjuk.

احْذَرُوا مِنَ النَّاسِ صِنْفَيْنِ: صَاحِبَ هَوَى قَدْ فَتَنَهُ هَوَاهُ وَصَاحِبَ دُنْيَا أَعْمَتْهُ دُنْيَاهُ

“Hati-hatilah dari dua jenis manusia: pengikut hawa nafsu yang telah terfitnah oleh hawa nafsunya dan hamba dunia yang telah dibutakan oleh dunianya.” (http://asysyariah.com/print.php?id_online=338)

(3) Dalam riwayat Muslim disebutkan:

كُتِبَ عَلَى ابْنِ آدَمَ نَصِيْبَهُ مِنَ الزِّنَا، مُدْرِكُ ذَلِكَ لاَ مَحَالَةَ، فَالْعَيْنَانِ زِنَاهُمَا النَّظْرُ، وَاْلأُذُنَانِ زِنَاهُمَا اْلإِسْتِمَاعُ، وَاللِّسَانِ زِنَاهُ الْكَلاَمُ، وَالْيَدُ زِنَاهَا الْبَطْشُ، وَالرِّجْلُ زِنَاهَا الْخُطَا، وَالْقَلْبُ يَهْوَى وَيَتَمَنَّى، وَيُصَدِّقُ ذَلِكَ الْفَرْجُ أَوْ يُكَذِّبُهُ

“Ditetapkan atas anak Adam bagiannya dari zina, akan diperoleh hal itu, tidak bisa tidak. Kedua mata itu berzina dan zinanya dengan memandang (yang haram). Kedua telinga itu berzina dan zinanya dengan mendengarkan (yang haram). Lisan itu berzina dan zinanya dengan berbicara (yang diharamkan). Tangan itu berzina dan zinanya dengan memegang. Kaki itu berzina dan zinanya dengan melangkah (kepada apa yang diharamkan). Sementara hati itu berkeinginan dan berangan-angan, sedangkan kemaluanlah yang membenarkan semua itu atau mendustakannya.” (http://www.salafy.or.id/salafy.php?menu=detil&id_artikel=1140)

(4) Firman Allah Subhanahu wa Ta’ala: “Hai Nabi katakanlah kepada istri-istrimu, anak-anak perempuanmu dan istri-istri orang mu’min: “Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka.” Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak diganggu. Dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS. Al Ahzab: 59)
Perhatikanlah, ayat ini memerintahkan para wanita untuk menutup seluruh tubuh mereka tanpa kecuali. Berkata As-Suyuthi rahimahullah, “Ayat hijab ini berlaku bagi seluruh wanita, di dalam ayat ini terdapat dalil kewajiban menutup kepala dan wajah bagi wanita.” (Lihat Hirasatul Fadhilah, hal. 51, karya Asy-Syaikh Bakr bin Abdullah Abu Zaid rahimahullah). (http://www.salafy.or.id/salafy.php?menu=detil&id_artikel=1517)


********************************************************************

*Masih ingatkah itu surat dari siapa? Subhanallah, aku baru menyadari bahwa nasihat ini telah ditulisnya empat tahun yang lalu. Ketika kita sama-sama masih ingusan, benar-benar dalam masa transisi dari kecil menjadi dewasa. Saat kita masih kelas 1 SMA, teman sebangkuku, saat jiwa-jiwa ini bergejolak dan masih dalam pencarian jati diri. Dan dia telah terpikir sampai ke sana, bahkan kita dapat melihat sendiri sekarang dengan teladan yang dicontohkannya.
Semoga kita semua, khususnya aku pribadi bisa mengikuti jejaknya. Amin.
Mari kita berusaha menjadi *sebaik-baik perhiasan di dunia*.

NB: Aku sempat bingung, kok bisa aku yang menyimpan surat ini ya? Padahal kan kita dulu ber-enam. Jazakunallahu khairan *senyum*.

Sore ini aku harus kembali ke Jogja lagi. Di menit-menit terakhir keberangkatanku, Ibuku berpesan padaku untuk tidak ******** (aneh-aneh). Namun, aku coba lagi menjelaskan pelan-pelan kebenaran akan hal itu. Ya, wajarlah aku pun paham akan kekhawatiran ibuku. Namun, suatu saat nanti semoga beliau bisa agak sedikit menerima dan kurasa pun begitu. (setitik harapan bersemi....)

Dan, malam ini bersamaan dengan kutuliskannya tulisan ini, salah satu tetangga kamar di kos yang aku tempati masuk ke kamarku. Sesaat ia terpana melihat buku ****** di depan pintu kamarku. Dan selanjutnya, terbukalah beberapa cerita yang sebelumnya aku tidak tahu tentangnya. Sungguh tak kuduga, dan secercah harapan pun muncul...

رَبَّنَا لاَ تُزِغْ قُلُوبَنَا بَعْدَ إِذْ هَدَيْتَنَا وَهَبْ لَنَا مِنْ لَدُنْكَ رَحْمَةً إِنَّكَ أَنْتَ الْوَهَّابُ
“Ya Rabb kami, janganlah Engkau jadikan hati kami condong kepada kesesatan sesudah Engkau beri petunjuk kepada kami, dan karuniakanlah kepada kami rahmat dari sisi Engkau, karena sesungguhnya Engkaulah Maha Pemberi (karunia).” (Ali ‘Imran: 8)

“Sesungguhnya Islam datang dalam keadaan asing dan akan kembali pula daam keadaan asing, maka berbahagialah orang-orang dikatakan asing.” (HR. Muslim dari hadits Abu Hurairah dan Ibnu Umar radhiallahu ‘anhuma)

Wallaahulmusta'an...


Reksonegaran, Yogyakarta 21 Februari 2010 pukul 01.30.
read more - *Nasihat Empat Tahun Yang Lalu*