Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh, Ahlan wa sahlan di dunia 'Baru Belajar'
love

Wednesday, March 23, 2011

Penipu dalam Selimut



Bismillah,
"Apabila kalian tertimpa sesuatu, maka jangan berkata ‘Seandainya saya melakukan ini, tentu hasilnya akan demikian dan demikian’ tetapi katakan ‘Qoddarollohu wa maa syaa-a fa’ala (Allah telah mentakdirkannya dan apa yang dikehendaki-Nya pasti akan Allah lakukan) karena ucapan ‘Seandainya’ akan membuka pintu bagi syaitan.” (HR. Muslim)

Innalillahi wainna ilaihi rooji’un. Astaghfirullah,... aku gak menyadari sebenarnya apa yang telah menimpaku hari kemarin (Jumat, 18 Maret 2011 pukul 08.50-an). Ketika itu ada sms dengan nomor asing (+6285793795170) masuk ke hapeku. Isinya begini, “Beli pulsa ada gak”. Aku yang pada waktu itu sedang mencuci pakaian belum membuka sms itu sehingga pemilik nomor asing tersebut mengirim sms kembali, “Beli pulsa ada gak din”. Aku pun membalas dan terjadilah sms antara kami berdua.
Aku : Ada, maaf ini siapa ya?
X : Linda
Aku : Oh, mau beli pulsa apa? Berapa? (bukan aku sebenarnya yang jual pulsa tapi mbakku)
X : As 25 ribu ke nomor ini xxxx (aku belum sempat menyimpannya).
Aku : OK, bentar ya..
X : Saldomu masih berapa? Temenku mau beli banyak.
Aku : Bentar ya. (Aku pun terlebih dahulu menanyakan hal itu ke mbakku lewat sms karena pada waktu itu dia sedang berada di KP4, Kalasan. Setelah terjawab, aku langsung memberi tahu ‘Linda’)
Aku : 167 rb, gimana?
X : Yang as 100, 50 berapa harganya? Temenku mau bonusan selama sebulan katanya, he
Aku : 101, 51 , gimana? (ini setelah aku tanyakan ke mbakku)
X : As yang 100 kirim ke +6285295992974, kalo udah masuk sms y,,jd uang aku ambil. Skrg
Aku : Udah masuk. (masya Allah, padahal waktu itu aku buru-buru mau berangkat ke kampus, telaat)
X : Yang 50rb ke +6285221641112
Aku : Iya, bentar.
Pikirku, nanti aku pasti ketemu Linda di kelas. Kuedarkan pandangan ke seisi kelas. Hmm, ternyata gak ada Linda. Sampai detik itu aku belum curiga, sekedar cemas karena ini berhubungan dengan uang mbakku.
Rapat KKN pukul 11.00-13.00 di Pogung kemudian dilanjutkan praktikum Limbah hingga pukul 15.30. Namun, aku belum juga bertemu Linda. Kutanyakan ke teman-teman yang biasa main dengannya, tak ada hasil.
Setiba di kost, kucoba sms salah seorang teman dekatnya yang beberapa hari lalu pun beli pulsa kepadaku. Namun, ia juga tidak tahu dengan pemilik nomor asing tersebut. Akhirnya, walaupun dengan amat sungkan ku-sms Linda di nomor yang kukenal sebagai nomor Linda yang aku punya (bukan nomor yang tadi). “Maaf, Linda tadi beli pulsa sm aku kan ya?”. “Ha? Gak tuh.” Masya Allah, lemes aku, sepertinya something wrong happened. Kulanjutkan bertanya lebih jauh. “Tadi dia ngaku namanya Linda soalnya.” “Iya, ini Linda Miati. Tapi aku gak pernah beli pulsa, soalnya udah dikirimi ortuku tiap minggunya.” “Astaghfirullah.” Haduuuh, lha itu siapa e?
Sore itu, berkali-kali aku mencoba menghubungi ketiga nomor yang telah dikirimi pulsa. Namun selalu saja ada pemberitahuan dari operator, “Nomor yang anda tuju sedang tidak aktif atau berada di luar jangkauan. Cobalah beberapa saat lagi.” Sedangkan nomor yang tadi digunakannya untuk meng-sms aku, selalu langsung terputus saat kucoba menghubunginya. Ada apa gerangan ini?
Aku terdiam duduk tak bergerak, bingung bercampur rasa kesal, mataku pun sempat berkaca-kaca membayangkan reaksi mbakku seandainya aku menceritakan kejadian ini. Beberapa saat kemudian mbakku pulang. Dia langsung bertanya.
“Piye wis mbayar?”
“Durung ketemu ,Mbak.”
“Nek ketemu nang ndi? Ojo nganti kowe sing nombok lho”, lanjut mbakku.
“Yo kan kanca sak kelas, paling suk Senin ketemu neh”, sahutku lirih.
Sesuai rencana awal, malam ini aku dan dua orang temanku akan survey Pedagang Kaki Lima di Jogja, khususnya Sagan. Ternyata lama juga, nanya2 hampir semua pedagang di pinggir jalan sepanjang Jalan Yohanes (dari Galeria sampai SPBU Sagan). Hingga sekitar pukul sepuluh malam, demi tugas mata kuliah Industri Jasa Boga. Allohul musta’an. Sesuai rencana jauh-jauh hari pula, paginya (Sabtu pagi) aku pulang ke rumah, mau buat KTP, jangan kaget ya telat 3 tahun, hehe. Boncengan dengan mbakku naik motor. Terlebih dahulu mampir di warung burjo Selokan Mataram nanya apa dompetku jatuh di sana. Hmm, dompetnya bukan berisi uang (gak tau dink lupa), tapi yang jelas berisi KTM, kartu Perpus, kartu GMC, apalagi ya. Yang terpenting KTM dan kartu perpus-ku..... T,T. Ternyata pun tidak ada, waaah harus segera ngurus di rektorat nih.
Perjalanan Jogja-Kebumen sekitar 2,5 jam, mampir dulu di toko untuk membeli titipan mbakku yang ada di rumah (pasta gigi dan kertas lipat untuk Pandu).
Alhamdulillah sampai...
Kali ini suasana rumah berbeda, semua mbak-mbakku kumpul, bahkan mbakku yang kerja di Riau pun ngambil cuti (tiba di rumah beberapa menit setelah aku tiba), yang tidak ada hanya mbakku yang kerja di Jakarta (minggu depan baru bisa pulang sementara aku minggu depan yang gak bisa pulang). Minggu pagi kakak iparku datang. Untunglah mbakku yang sudah menikah mau pindah dan tinggal di sini. Adanya Pandu dan si bayi kecil Ghazi semakin meramaikan suasana. Setidaknya ibuku tidak kesepian lagi sekarang dan bisa sebagai hiburan tentunya. Kemudian salah satu teman satu kostku yang merupakan teman mondok mbakku sewaktu masih SMA pun nginep di rumahku, mau kondangan bareng mbakku di Wonosobo.

Wah, out of topic nih,,, kembali ke topik semula.
Jadi gini, lama-lama aku gak tahan menyembunyikan masalah ini sendiri. Akhirnya Sabtu sore aku nyrempet-nyrempet cerita ke mbakku kalau aku kehilangan uang. Lalu mbak-mbakku pun tanya, “Duit beasiswamu po? Kecopetan?” Dan akhirnya mbakku yang jual pulsa itu menanyakan lebih jauh ketika kami berdua sedang berada di dapur. Dan akhirnya pun aku mengatakan dengan terus terang. Seisi rumah sekarang sudah tahu,,, hehe. Lega tapi gak enak juga belum ngganti uang mbakku yang hilang karena aku. Awalnya mbakku yang terkait dengan masalah ini ya begitu reaksinya, tapi kemudian mbakku bilang, “Yo wis, duite ra sah diganti.” “Hiik??” (Tapi bagaimanapun juga aku akan berusaha menggantinya, insya Allah). Ada yang berkomentar, “Jangan-jangan dihipnotis kuwi.” (Wah, iyo po?) Mbakku pun bilang, “Iyo mungkin, lha aku yo gelem-geleme ngirim. Hipnotis berantai nho...” Tapi sepertinya gak juga sih, mungkin karena aku pada waktu itu memang kondisinya lagi sibuk banget (buru-buru mau berangkat ke kampus karena sudah telat, padahal baru selesai nyuci, panik jadinya gak bisa mikir panjang).
Minggu siang balik ke Jogja lagi....naik KA Prameks sendirian.
Hari Senin kuliah seperti biasa, beberapa teman yang tahu akan kasus ini bertanya-tanya dan aku pun menceritakannya. Berbagai komentar keluar dan yang paling banyak mereka ucapkan adalah,,, “Kamu kok jadi orang polos banget sih, Din.” Hampir semua anak yang aku ceritakan mengatakan hal yang serupa. Hayyah, apa iya ya? Sebegitu lugukah diriku??
“Kamu kok gak curiga sih? Kamu kok mau-maunya ngirim terus sampai tiga kali?”
“Iya kan dia orangnya polos banget.”
Hmm, ya gimana ya? Aku mikirnya kan lha wong itu teman sekelas , pasti nanti pada akhirnya ketemu juga di kelas. Terus dia ngakunya namanya Linda, pikirku kok Linda tahu aku jual pulsa (lewat mbakku) padahal gak banyak yang tahu, dia pasti tahu berdasarkan informasi dari Pipit karena beberapa hari sebelumnya Pipit baru beli pulsa sama aku. Dan memang benar, si pemilik nomor asing itu sebelumnya tanya ke Pipit lewat sms, siapa yang jual pulsa. Pipit pun memberikan nomorku. Dan lagi, si ‘Linda’ memanggilku dengan ‘Din”, padahal orang yang memanggil aku dengan nama Dina kan hanya teman-teman kampus dan teman ngaji. Jadi ya aku waktu itu percaya-percaya aja dengan ‘Linda’.
Ternyata bukan cuma aku saja yang tertipu olehnya, ada teman satu kelasku juga yang memiliki nomor absen tepat di atasku (sebelumku). Dia sudah sempat mengirim pulsa 25 ribu ke ‘Linda’ yang kepadanya mengaku sebagai ‘Ayu’. Temanku tambah geram mengetahui kalau nomornya sama (antara Linda dan Ayu). Dari analisisku dan beberapa teman, kami menduga pelakunya adalah seseorang di antara teman-teman kami, mungkin teman satu kelas atau paling tidak dia anak FTP. Mengapa? Karena dia tahu Pipit padahal Pipit itu adalah nama panggilan, mengaku sebagai Linda, Ayu, kemudian ia pun memanggilku dengan ‘Din’ padahal Pipit memberi tahu namaku kepadanya dengan nama ‘Romadina’. Sementara yang memanggilku dengan nama ‘Dina’ kan salah satunya adalah teman-teman kampus.
Dipikir-pikir kok ada ya orang seperti itu, tega banget yaaa, apa dia gak takut dengan Allah. Wal iyya dzubillah. Ya sudah, diambil ibrahnya saja. Ikhlaskan karena harta hanyalah titipan dari Allah. Biarlah 175 ribu hilang, insya Allah akan ada rezeki pengganti yang lebih baik yang telah Allah siapkan untuk kita (terutama mbakku). Semoga Allah memberikan hidayah kepada pemilik nomor itu sehingga ia mau bertaubat dan menyesali perbuatannya (syukur-syukur mau bertemu dan minta maaf).
Allah meluaskan rizki dan menyempitkannya bagi siapa yang Dia kehendaki. Mereka bergembira dengan kehidupan dunia padahal kehidupan dunia dibanding dengan kehidupan akhirat hanyalah kesenangan yang sedikit. (QS. Ar-Ra’d:26)
NB: sekedar berbagi pengalaman...
Sagan, 19 Maret 2011 05:26
read more - Penipu dalam Selimut