Bismillah,
Berawal dari pertanyaan yang sudah sangat lama
dari salah seorang penanya pada tulisan yang berjudul Mewaspadai Para Da’iPenyesat Umat, saya putuskan untuk memposting jawaban saya di judul tersendiri.
Pertanyaannya adalah: "Bismillah. Mau tanya/minta tips, bagaimana cara Anda mencatat faidah selama kajian? Apa mencatat faidah-faidahnya saja atau men'transkip' ucapan ustadz? Artinya hampir semua ucapan ustadz Anda catat semua termasuk tanya-jawabnya? Jazaakillahu khoyron bersedia berbagi tips belajar. "
Jawaban (yang telah dilengkapi): Sebenarnya
ini bukan tips karena hal-hal berikut sudah sepantasnya harus dilakukan oleh
siapapun ketika akan dan sedang ta’lim:
1. Bismillah, luruskan niat semata-mata mengharap wajah Allah dan untuk mengangkat kebodohan.
Rugi
kalau berangkat ta’lim hanya untuk setor muka, tidak enak dengan ikhwah karena
sering ditanya kenapa jarang berangkat, hanya untuk dianggap sebagai orang yang
rajin ta’lim, hanya untuk kopdar dengan ikhwah atau ummahat/akhowat, ada urusan
bisnis, atau mungkin cari muka di depan ustadz/ustadzah. Rugi kalau berangkat
ta’lim karena khawatir jika tidak berangkat maka akan dicap ‘malas’ ta’lim,
tidak semangat ngaji, atau berbagai tendensi duniawi lain. Wal iyadzubillah.
Buang
jauh-jauh pikiran yang semacam itu, segera tepis dan kembalikan niat ikhlas
karena Allah. Menuntut ilmu itu ibadah jadi hanya boleh diperuntukkan untuk
Allah. Hati-hati terjatuh ke dalam kesyirikan jika kita memperuntukkan ibadah
kita untuk selain Allah.
2. Siapkan kitab dan alat tulis (pena dan buku catatan)
Jangan
sampai terlupa membawa karena kalau tidak, di sana nanti harus mencari pinjaman,
ya kalau langsung dapat, kalau tidak? Bukan kita saja yang ribet tetapi orang
lain juga bisa jadi merasa terganggu. Dan tentu saja hati kita menjadi tidak
tenang seandainya tidak membawa pulpen atau alat tulis lain, perasaan
kalang-kabut ketika ta’lim sudah dimulai sementara belum ada pulpen di
genggaman. Padahal salah satu faktor agar ilmu masuk ke otak dengan mudah
adalah pikiran dan jiwa yang tenang sehingga kita bisa fokus dan konsentrasi
dengan baik.
3. On time
Usahakan
berangkat awal sehingga bisa tiba di tempat ta’lim beberapa saat sebelum ta'lim
dimulai, setidaknya tepat waktu. Jangan terlambat karena kalau terlambat rugi
yang didapat, jadi ketinggalan beberapa faidah sehingga semangat untuk menyimak
dan mencatatnya jadi berkurang. Apalagi kalau yang mengisi ustadz yang tipenya
semua apa yang diucapkan adalah penting, jangan sampai terlambat. Dikira-kira seberapa
jauh jarak antara tempat tinggal dengan tempat ta’lim, butuh berapa lama untuk
menjangkaunya dengan mempertimbangkan hal lain seperti misalnya jika jalanan
ramai, kondisi kendaraan tidak prima, dsb. Jika sampai terlambat, tentu hati
kita pun tidak tenang, grusah-grusuh alih-alih bisa-bisa pikiran menjadi buyar,
susah konsentrasi sehingga berdampak sulitnya memahami materi yang diajarkan.
4. Duduk di barisan depan
Setiba di
tempat ta’lim segera ambil posisi strategis, berlomba-lomba duduk di barisan
depan, duduk senyaman mungkin dengan tetap memperhatikan adab dalam majelis
seperti tidak duduk selonjor, bersandar, atau memegang kedua lutut di depan
dada. Duduklah bersila menghadap ustadz (bagi yang ikhwan) dan menghadap ke
depan (bagi yang akhowat). Kalau menghadap ke kiri-kanan pasti nanti malah jadi
ngobrol dengan teman sebelahnya. Keluarkan kitab dan letakkan alat tulis di
dekat kita yang mudah dijangkau oleh tangan. Sesekali boleh mengubah posisi
duduk jikalau sudah merasa tidak nyaman/kesemutan seperti duduk tawaruk. Namun,
jika ta’lim belum dimulai bolehlah bertegur sapa dengan yang hadir di sana.
Tips
khusus pada point ke-4: Usahakan jangan duduk di dekat ikhwah/ummahat yang
membawa anak kecil/bayi/balita, hehe, karena dapat mengurangi konsentrasi, entah
karena kita sendiri yang tergoda untuk menggoda anak kecil maupun mungkin anak
kecil itu yang membuat keributan. Jika sebelah kita ada anak kecil, kita jadi
tidak konsen mencatat ta’lim, yang ada kita malah mengajak main anak kecil itu
atau bahkan menggendong bayinya atau mungkin tidak bisa mendengar suara ustadz
dengan jelas jika anak kecil tersebut menangis atau gaduh. Duduklah di deretan
para lajang/sebaya. Biasanya mereka sudah paham sendiri bahwa yang membawa anak
duduknya di deretan belakang.
5. Fokus
Ketika
ustadz sudah memulai kajiannya, hentikan pembicaraan,tutup mulut rapat-rapat
dan buka telinga lebar-lebar, siapkan hati dan pikiran, siap mencatat segala
apa yang diucapkan oleh ustadz. Bicara apabila memang perlu dan mendesak saja. Urusan
lain masih bisa ditunda setelah ta'lim selesai.
Tips khusus point ke-5:
Tips khusus point ke-5:
Untuk
point ke-5 ini sebenarnya suka-suka Anda mau bagaimana, apakah mencatat point-point
penting saja dengan kalimat sendiri/meringkas perkataan ustadz, faidahnya saja,
ataukah mencatat seluruh perkataan ustadz kata perkata. Sebisa dan semampu Anda
saja, tetapi kalau saya lebih senang mentranskrip ucapan ustadz kata perkata termasuk
tanya jawabnya.
Terlebih jika itu dauroh tematik, baiknya ya ditranskrip karena biasanya sudah terstruktur juga apa yang akan disampaikan oleh ustadz. Tetapi kalau ta'lim rutin, lihat-lihat siapa ustadznya. Kan ada ustadz yang tipenya santai yang tidak hanya sekedar menjelaskan matan kitab saja tapi juga menyelipkan hal-hal lain yang mungkin tidak terlalu penting (mungkin diselingi candaan), atau membahas masalah lain di luar pokok bahasan, atau pada bagian itu Anda merasa tidak perlu untuk mencatatnya karena pada pertemuan sebelumnya sudah disampaikan yang kemudian diulangi lagi, silakan mau dicatat atau tidak. Namun, apabila ustadznya tipenya semua apa yang diucapkan adalah penting yaitu menerjemahkan matan dan syarh kitab, menggunakan point-point kemudian masih memberikan penjelasan tambahan yang dikutip dari kitab lain atau perkataan ulama lain yang tidak ada di kitab yang sedang dibahas, maka sebisa mungkin dicatat semua. Dengan menulis lengkap ucapan ustadz apa adanya, akan memudahkan kita saat membaca ulang catatan kita, atau jika mungkin suatu saat buku catatan kita dipinjam oleh teman, dia tidak kesulitan untuk memahami faidah dari ustadz walaupun hanya dengan membaca apa yang kita tulis di buku catatan.
Dulu saya sendiri sering mengalami kesulitan jika menyimak sambil membawa kitab gundulnya karena jika membawa kitab, timbul 4 keinginan yaitu mendengarkan bacaan ustadz, memberi harakat, memberi arti jika ada kosa kata Arab baru pada kitabnya, dan mencatat penjelasan tambahan dari ustadz. Nah kalau begini kan jadi terhambat untuk mentranskrip seluruh ucapan ustadz. Ini bagi saya, lain halnya dengan yang sudah mahir bahasa Arab atau yang sudah terbiasa begitu. Ada dua hal yang tidak bisa dilakukan bersamaan yaitu menambahkan arti pada kata-kata baru dalam kitab dan mencatat penjelasan ustadz. Artinya jika dia memilih untuk menuliskan arti di kitab, maka ia akan terhambat dari mencatat penjelasan ustadz secara lengkap. Sebaliknya, jika dia memilih untuk mencatat seluruh perkataan ustadz, maka dia terhambat dari menuliskan terjemahan kata-kata baru pada kitabnya.
Terlebih jika itu dauroh tematik, baiknya ya ditranskrip karena biasanya sudah terstruktur juga apa yang akan disampaikan oleh ustadz. Tetapi kalau ta'lim rutin, lihat-lihat siapa ustadznya. Kan ada ustadz yang tipenya santai yang tidak hanya sekedar menjelaskan matan kitab saja tapi juga menyelipkan hal-hal lain yang mungkin tidak terlalu penting (mungkin diselingi candaan), atau membahas masalah lain di luar pokok bahasan, atau pada bagian itu Anda merasa tidak perlu untuk mencatatnya karena pada pertemuan sebelumnya sudah disampaikan yang kemudian diulangi lagi, silakan mau dicatat atau tidak. Namun, apabila ustadznya tipenya semua apa yang diucapkan adalah penting yaitu menerjemahkan matan dan syarh kitab, menggunakan point-point kemudian masih memberikan penjelasan tambahan yang dikutip dari kitab lain atau perkataan ulama lain yang tidak ada di kitab yang sedang dibahas, maka sebisa mungkin dicatat semua. Dengan menulis lengkap ucapan ustadz apa adanya, akan memudahkan kita saat membaca ulang catatan kita, atau jika mungkin suatu saat buku catatan kita dipinjam oleh teman, dia tidak kesulitan untuk memahami faidah dari ustadz walaupun hanya dengan membaca apa yang kita tulis di buku catatan.
Dulu saya sendiri sering mengalami kesulitan jika menyimak sambil membawa kitab gundulnya karena jika membawa kitab, timbul 4 keinginan yaitu mendengarkan bacaan ustadz, memberi harakat, memberi arti jika ada kosa kata Arab baru pada kitabnya, dan mencatat penjelasan tambahan dari ustadz. Nah kalau begini kan jadi terhambat untuk mentranskrip seluruh ucapan ustadz. Ini bagi saya, lain halnya dengan yang sudah mahir bahasa Arab atau yang sudah terbiasa begitu. Ada dua hal yang tidak bisa dilakukan bersamaan yaitu menambahkan arti pada kata-kata baru dalam kitab dan mencatat penjelasan ustadz. Artinya jika dia memilih untuk menuliskan arti di kitab, maka ia akan terhambat dari mencatat penjelasan ustadz secara lengkap. Sebaliknya, jika dia memilih untuk mencatat seluruh perkataan ustadz, maka dia terhambat dari menuliskan terjemahan kata-kata baru pada kitabnya.
Namun
seiring berjalannya waktu, belajar dari pengalaman maka cara berikut bisa
dijadikan sebagai pilihan. Jadi, ketika mendengarkan ta’lim secara langsung cobalah
konsentrasikan mendengarkan bacaan ustadz dengan melihat kitab sambil memberi
harakat pada kata-kata baru kemudian segera mencatat penjelasan ustadz di buku
catatan. Adapun menuliskan arti pada kitab bisa dilakukan ketika
memuroja’ah/mengulang pelajaran ketika di rumah. Cara ini bisa meminimalkan
terlewatnya faidah dari ustadz. Namun, perlu diingat bahwa hal ini hendaknya
dilakukan pada hari yang sama karena jika ditunda-tunda, maka bisa jadi beberapa
istilah sudah terlupakan artinya. Namun jika catatan kita lengkap, kita masih
bisa mengira-ngira artinya dengan cara mencocokkan dengan catatan atau lebih
selamatnya silakan membuka kamus bahasa Arab. Apabila kita memilki alat perekam, maka akan sangat membantu tetapi jangan sampai menjadikan kita terlena dan bersantai-santai dengan adanya alat perekam.
Allahu a'lam. Semoga Allah memberikan kemudahan bagi para penunutut 'ilmu syar'i.
Allahu a'lam. Semoga Allah memberikan kemudahan bagi para penunutut 'ilmu syar'i.