Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh, Ahlan wa sahlan di dunia 'Baru Belajar'
love

Sunday, August 11, 2013

Terkadang Nekat itu Perlu

Bismillahirrahmanirrahim,
Tulisan ini merupakan potongan dari tulisan sebelumnya yaitu ‘Trik Mencuri Hati Orang Tua (Untuk Para Akhowat yang Bertekad Akan Bercadar)’ poin ke-6. Sengaja saya post-kan lagi di sini. 
Semoga Allah merahmati para wanita yang memperjuangkan hijabnya. Seberapa lama perjuangan seorang akhowat untuk akhirnya bisa mengenakan cadar dalam keadaan keluarganya awalnya menentang pendiriannya itu ditentukan oleh bagaimana cara dia dan bagaimana karakter keluarganya, tanpa menafikan semua itu terjadi atas pertolongan Allah semata. Bagi akhowat yang sudah sekian tahun lamanya berjuang tetapi belum membuahkan hasil berupa keridhoan orang tua dan untuk akhowat yang berpikir “Harus sampai kapan begini terus. Kalau bukan sekarang kapan lagi toh pada akhirnya aku akan memakainya juga”, trik ini tidak ada salahnya untuk dicoba. Namun, ini hanya boleh dipraktikkan oleh akhowat yang benar-benar tegar dan tahan banting. Ia harus memegang erat pendiriannya dan harus siap dengan segala konsekuensi dari pilihannya tersebut.
Lantas nekat yang bagaimana yang dimaksud? Saya contohkan begini: Misalnya engkau adalah seorang akhowat yang kuliah di luar kota sehingga mengharuskan safar dan ngekost, jarang pulang, tinggal jauh dari orang tua. Dengan demikian, orang tua tidak tahu apa saja yang dilakukan olehmu termasuk dalam hal penampilan. Apabila setelah mengenal salaf engkau memutuskan untuk bercadar tetapi ditentang orang tua, sebenarnya itu wajar terjadi pada keluarga yang masih awwam. Sejak engkau memutuskan untuk memilih mengikuti sunnah pasti akan banyak konflik dari keluarga yang belum paham. Namun, tidak masalah engkau bercadar di sana karena orang tuamu pun tidak tahu jika tidak ada yang bercerita, kecuali jika engkau ngekost bareng saudaramu, maka engkau harus bersabar atau pintar-pintarnya kongkalikong dengannya. Hitungan dua tiga tahun belum tentu cukup untuk merubah pendirian mereka tergantung bagaimana cara kita mendekati mereka dan karakter mereka sendiri seperti apa.
Dari beberapa kasus yang saya temui, terkadang orang tua yang masih awwam malah mudah untuk menerima kebenaran sedangkan orang tua yang paham agama misalnya ia seorang guru agama atau tokoh masyarakat ia sulit sekali untuk menerima karena pertimbangan buruknya pandangan warga terhadapnya, malu dengan kolega-koleganya, dan sebagainya. Namun, orang tua yang punya pengaruh dalam masyarakat ini jika kita sudah berhasil mengambil hatinya, maka semua akan terasa mudah. Orang lain tidak akan berani mengusik kita bahkan mungkin orang-orang menjadi terbuka matanya dan tertarik dengan apa yang kita amalkan.
Kembali ke pembahasan trik nekat ini. Jika engkau sudah paham syariat kemudian engkau telah bercadar di daerah safarmu, maka cobalah engkau pulang memakai jilbab yang engkau pakai ke majelis, mungkin awal pertama kali pilih warna selain hitam agar orang tuamu tidak shock tetapi tetap harus warna-warna gelap, hanya saja cadarnya engkau ganti dengan slayer yang engkau buka ketika sudah sampai di depan rumah. Setiap engkau pulang panjangkan jilbabmu secara periodik dan coba dengan warna hitam. Pelan tapi pasti. Amati sikap orang tua adakah pertentangan atau tidak. Lanjutkan terus hingga engkau nyaman dengan panjang jilbabmu yang sekarang. Puncaknya adalah engkau merayu dengan kalimat yang halus agar diperbolehkan memakai cadar atau engkau berkata jujur bahwa selama ini di daerah safar telah memakai cadar. Namun, jika engkau sudah sekian tahun meminta izin untuk memakai cadar tetapi belum juga diizinkan, maka cobalah nekat pulang memakai cadar. Engkau akan beruntung jika di jalan bertemu dengan tetanggamu atau kebetulan di rumahmu sedang ada tetanggamu yang main atau kebetulan ada kerabat laki-laki yang bukan mahram sedang di rumahmu. Jangan kau lepas cadar itu ketika di rumah. Dengan begitu, karena sudah ada warga yang tahu maka mau tidak mau orang tua pasti tidak enak melarangmu memakai cadar lagi. Apa kata tetangga nanti, mungkin begitu pikiran orang tua.
Namun bagi yang qoddarolloh orang tuamu masih juga melarang, bahkan karena itu engkau tidak dibolehkan keluar rumah, maka cari kesempatan ketika mereka sedang tidak ada di rumah. Ketika engkau mendapati mereka pergi, itulah kesempatanmu. Coba engkau keluar rumah misalnya menyapu halaman, membersihkan pekarangan atau aktivitas di luar lainnya, tentu dalam keadaan engkau memakai cadar. Sapa tetangga yang lewat di depan rumahmu. Dengan begitu pikiran buruk orang-orang terhadap perempuan bercadar insya Allah akan luntur. Masyarakat tidak akan berbicara buruk perihal engkau malah mungkin akan membicarakan kebaikan-kebaikanmu.
Nanti jika Allah menghendaki orang tuamu mengetahui hal ini dari tetanggamu, engkau harus siap dengan segala konsekuensi yang akan terjadi. Serahkan semua kepada Sang Pengatur, minta pertolongan kepada Allah agar dimudahkan urusanmu. Berdoalah semoga Allah meluluhkan hati orang tuamu. Tetap tunjukkan akhlaq yang baik. Insyaa Allah ini tidak sengeri yang engkau bayangkan. Tidak perlu dipikir berat-berat apabila terdengar cibiran dari masyarakat tentangmu.  Apapun musibah yang Allah timpakan kepadamu itu tidak seberapa dibandingkan nikmatnya engkau berada di atas hidayah, tidak ada apa-apanya dibandingkan dengan keselamatan agamamu. Berdo’alah semoga Allah memberikan kemudahan bagi kita untuk mengerjakan amal shalih. Sesungguh-Nya Allah Maha Mengabulkan do’a hamba-Nya. Nanti engkau bisa jadi akan berkata di dalam hati, “Mengapa tidak dari dulu saja aku pakai di sini,” (hehe). Luruskan niat semata-mata hanya mengharap wajah Allah. Seseorang akan mendapatkan apa yang dia niatkan.
Ketika engkau berusaha untuk menjalankan As Sunnah, maka tinggalkan semua yang membuat ragu, tinggalkan godaan syaithan yang membisikkan bahwa kamu belum mampu, jangan ikuti hawa nafsu, jangan timbang-timbang dengan perasaanmu. Sesungguhnya agama ini tidak dibangun oleh hawa nafsu (perasaan). Saya tidak bermaksud mengajarkan anak untuk membangkang kepada orang tua, wal iyadzubillah. Akan tetapi, dalam hal ini insyaa Allah seorang anak tidak berdosa karena tidak ada ketaatan pada makhluq dalam bermaksiat kepada Allah. Namun saya ingatkan, engkau lebih tahu kadar dirimu. Engkau pun lebih tahu kondisi orang tuamu dan lingkungan desamu. Pikirkan matang-matang setiap gerak-gerikmu. Keberhasilanmu tergantung pada usahamu dan semata-mata atas pertolongan Allah.

Wallahu a’lam, semoga ini bisa menjadi penyemangat bagi kalian ya akhowati fillah.

4 comments:

  1. bismillah. Kalau pengalaman antum pakai cadar, bagaimana? Barangkali yang membaca bisa mencoba trik antum karena biasanya yang sudah berkali-kali mencoba bicara dan qoddarulloh gagal sudah mulai bingung pakai cara yang bagaimana lagi. Eh, atau yang antum posting ini memang "cuplikan cerita" antum ya? Jazakumullohu khoiro.

    ReplyDelete
    Replies
    1. mungkin akan sulit seandainya ada seseorang membuat tulisan yang demikian tanpa pernah mengalami sebelumnya, afahimtum?

      Delete
    2. na'am. fahimna.

      Delete

Pastikan Anda menyertakan nama dan URL/username Anda agar tidak masuk spam.