Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh, Ahlan wa sahlan di dunia 'Baru Belajar'
love

Wednesday, December 28, 2011

Pentingnya Pendidikan Anak Sejak Dini



Bismillah,
 

 "Apa tujuan Allah menciptakan manusia?”

Seorang anak perempuan kelas 3 (Aisyah, 8 tahun) mengacungkan tangan kemudian menjawab, “Manusia diciptakan untuk beribadah kepada Allah dan tidak menyekutukan-Nya dengan suatu apapun.”
Apa dalilnya?”
Anak yang sama (Aisyah) menjawab: (melafadzkan QS Adz Dzaariyat: 56)

Begitu pula ketika diajukan pertanyaan yang lain antara lain: dalil kewajiban manusia di bumi, dalil tauhid rububiyah Allah, adab dalam majelis, adab makan, adab tidur, pembatal-pembatal wudhu, pembatal shalat, dll. Aisyah dan teman-temannya (Icha, Zalfa, Sabila, Nasmah, Asma’, Rahil, Hasanah, Zahroh, dll) bisa menjawabnya walaupun dengan agak malu-malu. 
 
Pada hari yang lain ketika tengah mengerjakan soal-soal di kelas, salah satu di antara mereka berkata, “Minta tolong saja ke .... (qaddarallah, saya tidak begitu jelas menangkap apa yang dikatakan), tetapi kemudian anak satunya menimpali, “Gak boleh, itu kan syirik kepada Allah.” Masyaa Allah, anak sekecil itu saja tahu kalau meminta pertolongan, maka mintalah kepada Allah.

Jika diperhatikan lebih jauh, sungguh begitu baik akhlaq mereka. Seorang anak perempuan kelas TA banat (berumur sekitar 4-5 tahun) menuangkan air minum dari dispenser kemudian tidak lupa untuk terlebih dahulu duduk sebelum meminumnya. Padahal tidak jarang bahkan banyak kaum dewasa di sekeliling kita (atau mungkin kita sendiri?) yang minum atau makan sambil berdiri bahkan mungkin sambil berjalan. Bahkan berbagai acara ada yang sengaja didesain dalam bentuk standing party sehingga tamu yang hadir makan dan minum dalam posisi berdiri. Allahul musta’an.

Ada yang patut direnungkan lagi bahwa ketika anak-anak putri itu (banat) berada dalam keadaan tidak berjilbab (saat mereka sudah gerah di dalam kelas lalu keluar ke aula), jika kemudian ada anak-anak putra (banin) yang lewat (karena TA banin masih dipegang pengajar putri), mereka pasti akan teriak, “Awas, ada banin!” (kemudian segera mengenakan jilbabnya lagi, atau masuk ke dalam kelas dan mengunci pintu). Padahal banin tersebut masih berumur 4-5 tahun (‘Abid, Muhammad, Ghotfan, Zulfikar, Yahya, Ahmad, dan siswa kelas TA banin yang lain), he. Nah, anak sekecil itu saja sudah punya rasa malu dan tahu kewajiban menutup aurat di hadapan yang bukan mahram sedangkan kaum wanita sekarang ini banyak yang mengumbar auratnya entah karena belum sampai padanya ‘ilmu atau acuh terhadap syariat agama ini. Wal iyya dzubillah.

Bukan itu saja, mereka (banat) yang berumur 7-8 tahun-an sudah hafal 3 juz (juz 28-30) sedangkan untuk banin dengan umur yang sama sudah harus menghafalkan juz 26-30. Ketika menyimak mereka setoran hafalan, masyaa Allah, menambah semangat. Jangan mau kalah dengan anak kecil (he, maksudnya tidak ada kata terlambat bagi yang sudah dewasa/pemuda untuk mulai menambah hafalan Al Qur’an mulai dari sekarang, begitu pun bagi orang tua. Umur bukanlah alasan untuk bermalas-malasan mempelajari Al Qur’an atau menghafalnya.)

Walaupun terkadang di antara mereka (anak-anak itu) ada yang bandel jika disuruh tidur siang, tidak mau makan, dan hampir setiap hari ada saja yang menangis dengan berbagai sebab, misalnya berebut mainan, tidak akur dengan temannya, dsb, tetapi namanya juga anak kecil, he.

Begitulah sedikit gambaran anak-anak yang dididik di bawah naungan sunnah, anak-anak Ibnu Taimiyyah, Sedan, Yogyakarta. Alangkah bahagianya mempunyai anak-anak shalih dan shalihah. Pendidikan anak dimulai dari dalam setiap rumah dan secara khusus merupakan kewajiban kedua orang tua. Orang tua adalah madrasah pertama yang akan menentukan baik-buruknya sang anak, sebagaimana sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam: “Setiap anak dilahirkan dalam keadaan fitrah, maka kedua orang tuanyalah yang menjadikannya Yahudi, Nashrani, atau Majusi.” (HR. Bukhari no 4775 dan Muslim no 2658, dan yang selain keduanya)
Oleh karena itu, wajib bagi kedua orang tua untuk mendidik anak-anaknya dengan pendidikan Islami dan mengajarkan tentang perkara agama.
Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka. (QS. At Tahriim: 6)
Ajarkanlah anakmu aqidah yang benar, yang bersih dari bid’ah dan khurafat. Ajarkanlah anakmu tentang iman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya, hari akhir, dan takdir yang baik ataupun yang buruk. Ajarkanlah Al Qur’an dan sunnah Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, ajarkanlah shalat ketika mereka berumur 7 tahun, ajarkan kepada mereka akhlaq yang baik, bimbinglah anak-anakmu kepada ‘ilmu syar’i yang merupakan seutama-utama perkara yang dapat membantumu untuk mendidiknya dengan tarbiyah islmiyah yang shahih.1
Seorang anak kecil akan lebih mudah menangkap pelajaran yang diberikan, lebih mudah menghafalkan, dan daya serapnya tinggi. Oleh karena itu, pendidikan anak perlu diberikan semenjak dini untuk membentuk pribadi anak yang baik. Ajarkan akhlaq yang mulia kepada anak, lebih utama adalah dengan memberikan teladan di hadapan mereka karena anak suka meniru perilaku orang atau hal-hal di sekitarnya. 
 
Jika kedua orang tua tidak memiliki kemampuan untuk memberikan pendidikan secara intensif kepada anak-anaknya, maka bisa dengan menitipkan ke pengajar khusus misalnya di ma’had atau sekolah islam. Namun, tidak serta-merta berlepas diri dengan pendidikan anak di dalam rumah karena anak merupakan tanggung jawab orang tua. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Setiap kalian adalah pemimpin dan akan dimintai pertanggungjawaban atas kepemimpinannya. (Muttafaqun ‘alaih)

Alangkah bahagianya orang yang meninggalkan anak yang shalih karena Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Bila anak Adam telah meninggal dunia, terputuslah amalannya kecuali salah satu dari tiga perkara: sedekah jariyah, ‘ilmu yang bermanfaat, atau anak shalih yang mendo’akan kedua orang tuanya.” (HR. Muslim no 1631, shahih)
Oleh karena itu, wahai calon orang tua atau calon pengajar/pendidik, perbaikilah dirimu dahulu sebelum segala sesuatu, kebaikan di sisi anak-anakmu adalah apa yang engkau perbuat, dan kejelekan di sisi anak-anakmu adalah apa yang engkau tinggalkan. Baiknya perangai seorang pendidik dan orang tua di hadapan anak-anak merupakan pendidikan yang paling utama bagi mereka.2

1 dikutip dari buku Hukum Khusus Seputar Anak dalam Sunnah yang Suci, penulis Salim bin Ali bin Rasyid Asy Syubli Abu Zur’ah dan Muhammad bin Khalifah bin Muhammad Ar Rabah Abu Abdirrahman
2 dikutip dari buku Mendidik Buah Hati Menuju Generasi Robbani, penulis Syaikh Muhammad bin Jamil Zainu


No comments:

Post a Comment

Pastikan Anda menyertakan nama dan URL/username Anda agar tidak masuk spam.