Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh, Ahlan wa sahlan di dunia 'Baru Belajar'
love

Thursday, November 10, 2011

Petikan Nasihat

Bismillah,

Berikut merupakan petikan nasihat ....

Sesungguhnya yang paling mulia di sisi Allah adalah orang yang paling bertaqwa kepada Allah. Allah tidak melihat rupa kalian, harta kalian, melainkan amalan, hati, keihklasan, ibadah, dan i’tiba kalian kepada Rasul. Orang yang paling baik amalannya adalah yang ikhlas dan mengikuti tuntunan Rasul. Orang faqir yang bertaqwa lebih tinggi kedudukannya daripada orang kaya yang kafir. Laki-laki lebih tinggi kedudukannya dibandingkan wanita, laki-laki memiliki satu tingkatan yang lebih tinggi tetapi tidak berlaku pada laki-laki yang tidak bertopang/ tidak menjalankan shalat dan beramal baik.  Jagalah diri-diri kalian dan keluarga-keluarga kalian (istri dan anak-anak kalian) dari api neraka. Ta’awun antara suami dan istri dalam mendidik anak. Ajarkanlah perkara-perkara agama kepada anak sesuai dengan tingkatan umurnya, tingkat pemahamannya. (Nasihatiy linnisa, Al Ustadz Abu ‘Umar Ibrahim, 28 Juni 2009)

Sepandai apapun engkau, masih ada hal yang belum diketahui. Jika dibandingkan ilmu-ilmu yang belum dipelajari jauh lebih banyak dibandingkan yag sudah dipelajari sehingga sering orang jatuh pada kekeliruan dan kesalahan karena kurangnya ilmu. Bertanyalah pada ahludzikr tentang apa yang tidak diketahui agar tidak jatuh pada kekeliruan. Kurangnya ilmu yang dimiliki membuat diri seseorang sombong dan menganggap apa-apa yang ada padanya adalah al haq/benar padahal belum tentu, disebabkan kurangnya ilmu. (Al Ustadz Abu ‘Umar ‘Ubadah, 2 Juli 2009)

Ketika engkau berusaha untuk menjalankan As Sunnah, maka tinggalkan semua yang membuat ragu, tinggalkan godaan syaithan yang membisikkan bahwa kamu belum mampu, jangan ikuti hawa nafsu, jangan timbang-timbang dengan perasaanmu. Sesungguhnya agama ini tidak dibangun oleh hawa nafsu (perasaan). (Nasihatiy linnisa, Al Ustadz Abu ‘Umar Ibrahim, 15 Maret 2010)

Segala ketetapan Allah atas hamba-Nya adalah baik dan membawa kebaikan. Semua perbuatan Allah pasti mengandung hikmah yang kita mengetahuinya dan terkadang pula kita tidak mengetahui hikmahnya. Apapun musibah yang Allah timpakan kepadamu itu tidak seberapa dibandingkan nikmatnya engkau berada di atas hidayah, tidak ada apa-apanya dibandingkan dengan keselamatan agamamu. Berdo’alah semoga Allah memberikan kemudahan bagi kita untuk mengerjakan amal shalih. Sesungguh-Nya Allah Maha Mengabulkan do’a hamba-Nya. (Nasihatiy linnisa, Al Ustadz Abu ‘Umar Ibrahim, 10 Oktober 2011)

Orang Yahudi dan Nashara sangat khusyu’ dalam beribadah. Mengapa mereka dapat beribadah dengan tenang? Karena sudah tidak perlu lagi syaithan menggoda mereka karena sudah jelas-jelas kafir. Namun, bukanlah ketenangan dalam beribadah yang menjadi tolok ukur kebenaran, bukan pula banyak pengikut, dan bukan pula perasaan. Akan tetapi yang menjadi tolok ukur adalah Al Qur’an dan As Sunnah, maka jangan kamu palingkan kedua matamu sedikitpun dari orang-orang shalih yang menegakkan amar ma’ruf nahi mungkar karena berharap keindahan kehidupan dunia. Jangan tajamkan pandanganmu terhadap mereka-mereka yang mendapatkan bunga-bunga kehidupan dunia. Adapun bunga-bunga itu tidak akan bertahan lama, begitu juga kehidupan dunia yang indah-indah. Semua itu akan sirna dan hanya untuk menguji manusia sedangkan rezeki Allah lebih baik dan kehidupan akhirat lebih kekal. Kenikmatan-kenikmatan dunia itu tidak seberapa dibandingkan dengan kenikmatan-kenikmatan di surga yang mana kita tidak bisa membayangkannya. Sebagaimana kisah Ahmad bin Hanbal yang ketika itu mendapat ujian yang sangat berat yaitu dipenjara, dicambuk, dll. Ketika berganti khalifah, beliau mendapatkan kemuliaan yang diberikan oleh khalifah yang baru tetapi beliau menolaknya. Beliau berkata, “Sungguh aku mendapatkan ujian yang lebih besar dari ujian yang aku terima dahulu.” Yaitu dunia dengan segala kelezatannya karena orang yang diuji dengan dunia, dia tidak menyadarinya. (Kitab Riyadhus Shalihin, Al Ustadz Hamzah Abu Firos, 24 Juni 2010)

Amalan sunnah (mustahab) jika bertabrakan dengan suatu kewajiban, maka utamakan kewajibannya. (seperti kisah Juraij dan ibunya) (Kitab Riyadhus Shalihin, Al Ustadz Hamzah Abu Firos, 24 Juni 2010) 

No comments:

Post a Comment

Pastikan Anda menyertakan nama dan URL/username Anda agar tidak masuk spam.