Bismillah,
Sesungguhnya yang paling
mulia di sisi Allah adalah orang yang paling bertaqwa kepada Allah. Allah tidak
melihat rupa kalian, harta kalian, melainkan amalan, hati, keihklasan, ibadah,
dan i’tiba kalian kepada Rasul. Orang yang paling baik amalannya adalah yang
ikhlas dan mengikuti tuntunan Rasul. Orang faqir yang bertaqwa lebih tinggi
kedudukannya daripada orang kaya yang kafir. Laki-laki lebih tinggi
kedudukannya dibandingkan wanita, laki-laki memiliki satu tingkatan yang lebih
tinggi tetapi tidak berlaku pada laki-laki yang tidak bertopang/ tidak
menjalankan shalat dan beramal baik.
Jagalah diri-diri kalian dan keluarga-keluarga kalian (istri dan
anak-anak kalian) dari api neraka. Ta’awun antara suami dan istri dalam
mendidik anak. Ajarkanlah perkara-perkara agama kepada anak sesuai dengan
tingkatan umurnya, tingkat pemahamannya. (Nasihatiy linnisa, Al Ustadz Abu
‘Umar Ibrahim, 28 Juni 2009)
Sepandai apapun engkau, masih ada hal yang belum diketahui. Jika dibandingkan ilmu-ilmu yang belum dipelajari jauh lebih banyak dibandingkan yag sudah dipelajari sehingga sering orang jatuh pada kekeliruan dan kesalahan karena kurangnya ilmu. Bertanyalah pada ahludzikr tentang apa yang tidak diketahui agar tidak jatuh pada kekeliruan. Kurangnya ilmu yang dimiliki membuat diri seseorang sombong dan menganggap apa-apa yang ada padanya adalah al haq/benar padahal belum tentu, disebabkan kurangnya ilmu. (Al Ustadz Abu ‘Umar ‘Ubadah, 2 Juli 2009)
Ketika engkau berusaha
untuk menjalankan As Sunnah, maka tinggalkan semua yang membuat ragu,
tinggalkan godaan syaithan yang membisikkan bahwa kamu belum mampu, jangan
ikuti hawa nafsu, jangan timbang-timbang dengan perasaanmu. Sesungguhnya agama
ini tidak dibangun oleh hawa nafsu (perasaan). (Nasihatiy linnisa, Al
Ustadz Abu ‘Umar Ibrahim, 15 Maret 2010)
Segala ketetapan Allah
atas hamba-Nya adalah baik dan membawa kebaikan. Semua perbuatan Allah pasti
mengandung hikmah yang kita mengetahuinya dan terkadang pula kita tidak
mengetahui hikmahnya. Apapun musibah yang Allah timpakan kepadamu itu tidak
seberapa dibandingkan nikmatnya engkau berada di atas hidayah, tidak ada
apa-apanya dibandingkan dengan keselamatan agamamu. Berdo’alah semoga Allah
memberikan kemudahan bagi kita untuk mengerjakan amal shalih. Sesungguh-Nya
Allah Maha Mengabulkan do’a hamba-Nya. (Nasihatiy linnisa, Al Ustadz Abu ‘Umar
Ibrahim, 10 Oktober 2011)
Orang Yahudi dan Nashara
sangat khusyu’ dalam beribadah. Mengapa mereka dapat beribadah dengan tenang?
Karena sudah tidak perlu lagi syaithan menggoda mereka karena sudah jelas-jelas
kafir. Namun, bukanlah ketenangan dalam beribadah yang menjadi tolok ukur
kebenaran, bukan pula banyak pengikut, dan bukan pula perasaan. Akan tetapi
yang menjadi tolok ukur adalah Al Qur’an dan As Sunnah, maka jangan kamu
palingkan kedua matamu sedikitpun dari orang-orang shalih yang menegakkan amar
ma’ruf nahi mungkar karena berharap keindahan kehidupan dunia. Jangan tajamkan
pandanganmu terhadap mereka-mereka yang mendapatkan bunga-bunga kehidupan
dunia. Adapun bunga-bunga itu tidak akan bertahan lama, begitu juga kehidupan
dunia yang indah-indah. Semua itu akan sirna dan hanya untuk menguji manusia
sedangkan rezeki Allah lebih baik dan kehidupan akhirat lebih kekal.
Kenikmatan-kenikmatan dunia itu tidak seberapa dibandingkan dengan kenikmatan-kenikmatan
di surga yang mana kita tidak bisa membayangkannya. Sebagaimana kisah Ahmad bin
Hanbal yang ketika itu mendapat ujian yang sangat berat yaitu dipenjara,
dicambuk, dll. Ketika berganti khalifah, beliau mendapatkan kemuliaan yang
diberikan oleh khalifah yang baru tetapi beliau menolaknya. Beliau berkata,
“Sungguh aku mendapatkan ujian yang lebih besar dari ujian yang aku terima
dahulu.” Yaitu dunia dengan segala kelezatannya karena orang yang diuji dengan
dunia, dia tidak menyadarinya. (Kitab Riyadhus Shalihin, Al Ustadz Hamzah Abu Firos, 24 Juni 2010)
Amalan sunnah (mustahab) jika bertabrakan dengan suatu kewajiban, maka utamakan kewajibannya. (seperti kisah Juraij dan ibunya) (Kitab Riyadhus Shalihin, Al Ustadz Hamzah Abu Firos, 24 Juni 2010)
Amalan sunnah (mustahab) jika bertabrakan dengan suatu kewajiban, maka utamakan kewajibannya. (seperti kisah Juraij dan ibunya) (Kitab Riyadhus Shalihin, Al Ustadz Hamzah Abu Firos, 24 Juni 2010)
No comments:
Post a Comment
Pastikan Anda menyertakan nama dan URL/username Anda agar tidak masuk spam.