Kita harus merasa malu dan juga kecewa jika kita tidak
mengenal sosok-sosok yang suka merahasiakan amal. Padahal, pada waktu yang sama
kita dapat mengenali secara mendetail kisah orang-orang yang punya nama dari
kalangan politikus, artis, pemimpin, tokoh sastra, seni dan lainnya.
Orang-orang yang terpilih yang memiliki keutamaan
dalam beramal lebih pantas kita kenal. Sebab, dengan mengenal, mengetahui, dan
mengingat kehidupan mereka, hati kita pun menjadi hidup.
Tahukah engkau siapa Julaibib?
Julaibib adalah salah seorang shahabat Nabi yang
berwajah buruk, kerdil dan berkulit hitam serta tidak dikenal oleh banyak
orang, bahkan beliau merasa kesulitan ketika melamar seorang wanita.
Dari Anas bin Malik, katanya: Nabi pernah meminang
seorang wanita Anshar untuk Julaibib –salah seorang sahabat yang berparas
buruk. Beliau meminang lewat ayah si wanita, maka katanya: “Tunggulah sebentar,
aku ingin minta pendapat dari ibunya”. “Baiklah kalau begitu”, kata Nabi. Maka
si lelaki tadi mendatangi istrinya dan menyampaikan hal tersebut. Istrinya pun
berkata: “Demi Allah, tidak bisa kalau begitu… apakah Rasulullah tidak
mendapati lelaki lain selain Julaibib? Padahal kita telah menolak pinangan Si
Fulan dan Fulan?” sementara itu, si gadis yang dimaksud mendengarkan di balik
tirai. sang ayah pun akhirnya kembali menemui Rasulullah dan menyampaikan
keberatan istrinya. Maka si gadis tadi berkata: “Apakah kalian hendak menolak
perintah Rasulullah? Kalaulah beliau telah meridhainya untuk kalian, maka
nikahkan saja dia.” Ucapan si gadis seakan menyadarkan kedua orang tuanya,
lantas mereka berdua berkata: “Kau benar”, lalu sang syah kembali lagi kepada
Rasulullah seraya berkata: “Bila Anda meridhainya, maka kami pun ridha
terhadapnya.” “Ya, aku telah meridhainya”, kata beliau. Maka lelaki tadi
menikahkannya dengan puterinya.
Tak lama berselang, warga Madinah dikejutkan oleh
suatu serangan. Julaibib pun segera menunggangi kudanya dan terjun ke medan
perang. Usai peperangan, mereka mendapatkan Julaibib gugur setelah berhasil
membunuh sejumlah orang musyrik di sekitarnya. Anas lalu mengisahkan: “Sungguh,
aku melihat bahwa janda Si Julaibib termasuk wanita Madinah yang paling banyak
dipinang orang.” [HR. Ahmad dengan sanad shahih sesuai syarat Bukhari dan
Muslim]
Imam Muslim juga meriwayatkan di dalam Shahihnya, dari
Abu Hurairah, dikisahkan bahwa kemudian Julaibib mengikuti suatu peperangan
bersama Nabi. Saat ia syahid, Nabi begitu kehilangan. Kehilangan. Sangat
kehilangan. Tapi beliau akan mengajarkan sesuatu kepada para shahabatnya. Maka
beliau bertanya-tanya di akhir pertempuran, “Apakah kalian kehilangan
seseorang?”
Para shahabat menjawab, “Fulan, Fulan dan Fulan.”
Para shahabat menyebutkan sejumlah nama. Namun
Julaibib tidak termasuk dalam yang mereka sebutkan. Sepertinya Julaibib memang
tak beda antara ada dan tiadanya di kalangan mereka.
Nabi bertanya lagi, “Apakah kalian kehilangan
seseorang?”
Shahabat kembali menjawab, “Ya. Fulan, Fulan dan
Fulan.”
Lagi-lagi beliau bertanya, “Apakah kalian kehilangan
seseorang?”
Dan selalu shahabat menjawab, “Ya. Fulan, Fulan dan
Fulan.”
Kemudian Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam
bersabda dengan menghela nafasnya, “Tetapi aku kehilangan Julaibib. Carilah
dia!”
Akhirnya, mereka berhasil menemukannya. Julaibib yang
mulia. Terbunuh dengan luka-luka, semua dari arah muka. Di sekitar jasadnya
menggeletak tujuh jasad musuh yang telah ia bunuh terlebih dahulu. Nabi
Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Ia telah membunuh tujuh orang
sebelum akhirnya mereka membunuhnya.”
Beliau dengan tangannya sendiri mengkafaninya. Beliau
menshalatkannya secara pribadi. Dan kalimat beliau untuk Julaibib yang akan
membuat iri semua makhluk hingga hari berbangkit adalah,
“Ya Allah, dia adalah bagian dari diriku dan aku
adalah bagian dari dirinya.”
Abu Hurairah menuturkan, Rasulullah shalallahu ‘alaihi
wasallam lalu meletakkan jasadnya di atas kedua lengan beliau, sementara lengan
Julaibib tinggal satu. Beliau kemudian menggali kubur, meletakkan jasadnya di
dalam kubur, dan tidak pernah menyinggung untuk memandikannya.
Di dalam hadits ini terkandung anjuran untuk mengenali
orang-orang yang shalih semacam ini, yang suka merahasiakan amalnya.
Alangkah indahnya. Tidak dikenal oleh penduduk bumi,
tapi dikenal oleh penduduk langit.
Tahukah engkau siapa Hudair?
Dari Nafi’, dari Ibnu Umar, ”Bahwa Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wasallam pernah mengirim satu pasukan yang di antara mereka
ada seseorang yang dipanggil Hudair. Sementara tahun itu merupakan merupakan
tahun paceklik dan kekurangan makanan, Rasulullahshalallahu ‘alaihi wasallam
memberikan bekal kepada mereka semua, namun beliau lupa memberikan bekal kepada
Hudair. Maka Hudair tetap berangkat dengan sabar dan mengharapkan ridha Alloh.
Dia berada di barisan paling belakang sambil tiada henti mengucapkan ’laa
ilaaha illallaah wallaahu akbar walhamdu lillaahi wa subhaanallaah wa laa haula
wa laa quwwata illa billaah.’ Dia berkata, ’Sebaik-baik bekal adalah dzikir
ini, wahai Rabbi.’ Dia tiada henti mengucapkannya.”
Ibnu Umar menuturkan, ”Lalu Jibril mendatangi Nabi
shallallahu ‘alaihi wasallam dan berkata kepada beliau, ’Sesungguhnya Rabb-ku
mengutusku kepadamu untuk mengabarkan kepadamu, bahwa engkau telah memberikan
bekal kepada rekan-rekanmu, sementara engkau lupa memberikan bekal kepada
Hudair. Dia berada di barisan paling belakang sambil mengucapkan ’laa ilaaha
illallaah wallaahu akbar walhamdu lillaahi wa subhaanallaah wa laa haula wa laa
quwwata illa billaah.’ Dia juga berkata ’Sebaik-baik bekal adalah dzikir
ini, wahai Rabbi.’ Jibril berkata lagi, ’Perkataannya itu merupakan cahaya
baginya pada hari kiamat, yang ada di antara langit dan bumi. Maka kirimlah
bekal baginya.’
Nabi shalallahu ‘alaihi wasallam memanggil seseorang
dan menyuruhnya untuk menyerahkan bekal kepada Hudair dan juga memerintahkan
agar dia tetap menjaga perkataannya itu ketika bekal sudah diterima. Rasulullah
shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda kepada utusan itu agar menyampaikan pesan
kepada Hudair, ’Sesungguhnya Rasulullah shallallahu ’alayhi wa sallam
menyampaikan salam kepadamu dan beliau lupa memberikan bekal kepadamu. Pesan
beliau, ’ Allah Tabaraka wa Ta’ala mengutus Jibril kepadaku, mengingatkan
dirimu dan memberitahukan keadaan serta posisimu.’
Hudair menjawab, “Segala puja dan puji bagi Allah
serta shalawat atas Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam.” Setelah itu, dia
berkata lagi, “Segala puji bagi Allah, Tuhan penguasa alam semesta, karena
Allah telah mengingat aku dari atas langit yang ketujuh dan dari atas
‘Arsy-Nya, yang mengasihi rasa lapar dan kelemahan diriku. Ya Rabbi, sebagaimana
Engkau tidak melupakan Hudair, maka buatlah Hudair tidak lupa kepada-Mu.”
(Shifatush-Shafwah, 1/743)
Tahukah engkau siapa Ali bin Al Husain?
Ali bin al Husain adalah seorang ulama' dan imam
besar, pemimpinnya para ulama' tabi’in. Namun semasa hidupnya dia terkenal
bakhil/pelit oleh keluarganya dan masyarakatnya. Keluarganya mengira dia hanya
menumpuk dirhamnya saja tanpa pernah menyedekahkannya. Namun tatkala Ali bin al
Husain meninggal dunia, maka terbukalah rahasia-rahasia yang ada pada
dirinya.
Rahasia yang pertama, sejak meninggalnya Ali bin al
Husain maka seluruh penduduk Madinah yang miskin tidak mendapatkan lagi
santunan dari seseorang yang tidak dikenal setiap malamnya yang bisa mencukupi
makannya dalam sehari. Mereka berkata, “Kami tidak pernah kehilangan shadaqah
yang diberikan secara sembunyi-sembunyi hingga Ali meninggal dunia.”
Rahasia yang kedua adalah, ditemukannya bekas hitam
pada pundaknya ketika mereka memandikan jenazahnya. Dari ‘Amr bin Tsabit
berkata, ”Tatkala Ali bin Husain meninggal, mereka memandikan jenazahnya lalu
mereka melihat bekas hitam pada pundaknya, lalu mereka bertanya: ”Apa ini”,
lalu dijawab: ”Beliau selalu memikul berkarung-karung tepung pada malam hari
untuk diberikan kepada faqir miskin yang ada di Madinah.”
Muhammad bin Ishaq menuturkan, “Penduduk Madinah hidup
dengan makanan itu, sementara mereka tidak tahu siapa yang telah memberikan
makanan itu kepada mereka. Setelah Ali bin al Husain meninggal dunia, maka
mereka tidak lagi mendapatkan makanan pada malam hari.”
Lihatlah bagaimana Ali bin al Husain menyembunyikan
amalannya hingga penduduk Madinah tidak ada yang tahu, mereka baru tahu tatkala
beliau meninggal karena sedekah yang biasanya mereka terima di malam hari
berhenti, dan mereka juga menemukan tanda hitam di pundak beliau. Bahkan beliau
dituduh oleh manusia sebagai orang yang bakhil, namun di mata Allah, beliau
memiliki banyak rahasia antara dirinya dengan Rabb-nya. Subhanallah…!
Ali bin al Husain pernah berkata, “Ya Allah, aku
berlindung kepada-Mu agar Engkau tidak memperindah penampilanku pada apa yang
tampak mata, dan membuat buruk rahasiaku pada apa yang tampak mata.”
Dan beliau juga berkata, ”Sesungguhnya sedekah dengan
tersembunyi memadamkan kemarahan Allah.”
Ini merupakan hadits yang marfu’ dari Nabi shallallahu
'alaihi wa sallam, yang diriwayatkan dari banyak sahabat, seperti Abdullah bin
Ja’far, Abu Sa’id Al-Khudri, Ibnu “Abbas, Ibnu Mas’ud, Ummu Salamah, Abu
Umamah, Mu’awiyah bin Haidah, dan Anas bin Malik radhiyallahu 'anhum. Berkata
Syaikh Al-Albani: ”Kesimpulannya hadits ini dengan jalannya yang banyak serta
syawahidnya adalah hadits yang shahih, tidak diragukan lagi. Bahkan termasuk
hadits mutawatir menurut sebagian ahli hadits muta’akhirin.” (As-Shohihah
4/539, hadits no. 1908).
Mengenai kisah ini bisa dilihat di kitab Siyar A’lam
an Nubala, jilid 4 hal.393.Sifatus Sofwah (2/96), dan Aina Nahnu halaman 9.
”Jadilah kalian yang dikenali para penghuni langit
namun kalian tidak dikenal para penghuni bumi.” (Abdullah bin Mas’ud Radhiyallahu’anhu dari Ibrahim
bin Isa, Shifatush-Shafwah, 1/415)
Banyak orang yang dilupakan manusia, namun Allah
subhanahu wa Ta’ala tidak melupakannya. Ini dikarenakan keikhlasan orang-orang
seperti itu, yang banyak menyebut Allah secara sembunyi-sembunyi, jauh dari
pandangan manusia.
Itulah beberapa kisah tentang orang-orang
shalih yang senang menyembunyikan amalan mereka. Mereka adalah orang-orang yang
asing di bumi, namun nama-nama mereka sangat terkenal oleh para penduduk
langit. Mereka memiliki banyak rahasia yang hanya diketahui oleh Allah dan diri
mereka sendiri.
Imam al Hasan al Bashri berkata, “Adakalanya
seseorang sudah hafal Al Qur’an, sementara tetangganya tidak mengetahuinya.
Adakalanya seseorang memiliki banyak pengetahuan, namun orang-orang tidak
merasakannya. Adakalanya seseorang mendirikan shalat yang panjang, sementara di
rumahnya ada beberapa orang tamu dan mereka tidak mengetahuinya. Kita mengenal
beberapa orang yang melakukan amal shalih secara sembunyi-sembunyi selagi di
dunia, namun kemudian pengaruh amalnya itu selalu tampak sepeninggalnya…” (Al
Akhfiya’ al Manhaj wa as Suluk, oleh Walid ibn Sa’id Bahakam).
No comments:
Post a Comment
Pastikan Anda menyertakan nama dan URL/username Anda agar tidak masuk spam.